WELCOME IN Miza Blog !!!
Comitment - Piety - Knowledge - Integrity -Innovative

pendidikan anak

Tips Cerdas Meredam Konflik Antara Ibu dan Anak

Sejak kecil, bahkan sejak anak berada dalam kandungan, ia tahu dan bisa merasakan apakah ia dikasihi oleh orang tuanya atau tidak. Anak merasakannya melalui sikap, perkataan, maupun sentuhan yang diterima dari orang tuanya. Berikut ini tips cerdas untuk meredam konflik antara ibu dan anak:
1. Saling menulis surat. Mintalah anak menulis surat untuk ibu, dan ibu menulis surat untuk anak, tentang apa yang diharapkan dari masing-masing pihak. Ini akan membukakedua pihak tentang perasaan masing-masing.
2. Cari Kegiatan Disukai Berdua. Sediakan waktu untuk mengedakan kegiatan ‘Have fun with Mom’. Pergi ke salon/Spa, window shopping, nonton bioskop, berenang, membaca buku yang sama untuk kemudian didiskusikan bersama. Bisa juga dengan membuka album foto keluarga dan mengingat kembali masa-masa penuh tawa dalam foto itu. Atau mengerjakan bersama aktivitas apapun, yang penting digemari oleh ibu dan anak, seru dan tentunya menyenangkan.
3. Ibu Harus Berupaya Merayakan Keberhasilan Anak. Dalam suasana konflik, ibu yang pasti sedang jengkel dituntut untuk lebih jeli menemukan sisi positif anak. Kemudian dengan tulus menunjukkan rasa bangga terhadapnya.
4. Menjaga Kehormatan. Sepanas apapun konflik antara ibu dan anaknya, ibu tetaplah orang tua yang harus diperlakukan anak dengan hormat. Jangan biarkan anak mengendalikan ibu atau membiarkan anak sampai lepas kendali sehingga bertindak atau berkata kasar pada ibu. Sebaliknya, anak tetaplah anak ibu yang harus diperlakukan dengan pantas pula. Jangan sampai ibu bersikap semena-mena sebagai orang tua yang merasa memiliki kuasa atas anak dan boleh memperlakukan sesuak hati.
5. Terus Memberikan Sentuhan dan Belaian yang diterjemahkan dalam bentuk kedekatan fisik, kontak mata (kontak mata dapat menciptakan ikatan hubungan baik yang dalam, antara ibu dan anak), belaian, dan komunikasi lisan. Semua hal ini harus terus menerus dilakukan dalam pengasuhan ibu-anak. Agar anak dapat merasakan kasih sayang ibunya, juga agar anak tahu bahwa ibunya akan selalu mencintainya.
6. Sesuatu yang alami, seperti hubungan ibu dan anak tetap memerlukan perawatan dan pemeliharaan agar bisa berkembang dan lestari. Semua itu memerlukan waktu dan energi yang besar dari orang tua. Kuncinya adalah kesabaran dan kemauan untuk terus belajar dan berusaha menjadi orang tua yang lebih baik lagi.


ORANG TUA KREATIF untuk ANAK-ANAK KREATIF

ORANG TUA KREATIF untuk ANAK-ANAK KREATIF

Permainan anak-anak jaman dulu dengan anak-anak jaman sekarang sangat jauh berbeda. Jaman dulu, anak-anak bermain dengan ‘bekal’ kayu dan kulit jeruk, batu yang ada disekitarnya, atau bahkan batok kelapa yang diolah sendiri menjadi mainan. Sedangkan jaman sekarang, anak-anak disodorkan pada mainan-mainan bertehnologi maju, tapi cenderung mengurangi sosialisasi anak-anak dengan teman sebaya disekelilingnya. Bisa jadi anak-anak jaman sekarang akan bingung kalau disodorkan permainan seperti jaman dulu.
Menurut literatur yang disebutkan oleh situs MSN, 61% orangtua bergantung pada sekolah, TV, dan permainan komputer untuk perkembangan kreatif anak. Sementara itu, menurut presenter acara seni anak Smart dari stasiun CBBC, Kirsten O’Brien,”Peran orangtua sangat penting untuk mendukung proses berpikir kreatif dan imajinatif anak-anaknya. Kita perlu membantu para orangtua untuk bisa bermain dan menginspirasi energi kreatif anak. Anak-anak pun akan selalu mengingat pengalaman berbagi mainan dengan orangtuanya.
Seorang pengarang cerita anak The Hunter and Dinosaur in Danger mengatakan kalau Kreativitas adalah bagian penting dalam perkembangan tiap anak. Sama seperti matematika dan bahasa, kreativitas juga perlu latihan dan dukungan. Kreativitas membawa kepuasan seumur hidup jika didorong sejak dini dan dilatih sepanjang masa kanak-kanak.
Banyak orang mengira jiwa kreatif terlahir dari alam, sudah terbentuk sejak dalam kandungan dan berkembang begitu saja. Kenyataannya adalah bahwa setiap orang sejak dalam kandungan sudah memiliki berbagai potensi, dan lingkungan, orang-orang terdekat dan momentum menjadi pemicu tumbuh kembangnya berbagai potensi yang ada tersebut. Dan kreativitas akan terasah dan bersinar dengan cemerlang dengan sentuhan pengorbanan orang tua, demikian kesimpulan yang diajukan oleh Maya A Pujiati.
Menurut Maya A Pujiati, daya kreativitas anak akan lebih terasah bila orangtua juga memberikan kesempatan pada anak-anak untuk bermain dan bereksperimen dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya, seperti mengaduk adonan terigu, menuang air ke dalam wadah beraneka bentuk, dsb. Eksperimen anak-anak terkadang sangat cermat dan anak dapat menemukan prinsip-prinsip kerja sebuah benda melalui kegiatan tidak terstruktur semacam itu.
Dr Eddy Supriyadi SpA, dari RS Sardjito Yogyakarta, menjelaskan bahwa ada 2 komponen dasar dalam perkembangan otak anak, yaitu lingkungan yang aman dan pengalaman positif. Bila bayi atau anak merasa tertekan, otak akan menghasilkan zat kortisol yang dapat menghambat perkembangan otak.
Berikut tips yang diberikan dr Eddy bagi orangtua untuk membangun dasar perkembangan otak anak:
1. Memberi perawatan dan kasih sayang selama masa kehamilan.
2. Memberi nutrisi yang cukup. 6 bulan pertama kahidupan bayi, berikan kecukupan nutrisi dengan ASI.
3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.
4. Berbicaralah kepada bayi. Buat kontak mata saat berbicara dengan anak. Jangan lupa selalu tersenyum kepada anak.
5. Bila harus menitipkan anak, carilah tempat penitipan yang bermutu tinggi.
6. Kenalkan aneka ragam musik pada anak, dan bernyanyilah bersama.
7. Beri interaksi yang nyata dengan anak demi perkembangan otaknya. Jangan biarkan anak menonton televisi terlalu lama. Batasi waktunya.
8. Beri ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya.
9. Redakan stres pada orangtua. Orangtua yang mengalami stres cenderung mengalihkan stres kepada anaknya. Bila Anda merasa stres, cobalah bercerita kepada orang yang dekat dengan Anda.
10. Ingatlah, otak tidak akan pernah berhenti berkembang. Jadi, beri stimulasi sebanyak-banyaknya secara terus-menerus.
Anak kreatif adalah anak yang dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan baik. Perkembangan kemampuan dan kecerdasan anak-anak seringkali membuatnya bersikap dan berperilaku cukup aktif, banyak bergerak dan bersuara. Hal ini seringkali diidentifikasi oleh kebanyakan orangtua sebagai kenakalan, padahal aktivitas dan mobilitasnya yang berlebih merupakan wujud kemampuan berpikirnya yang serba ingin tahu. Dan berikut ini ciri-ciri anak kreatif menurut Nia, penulis dalam http://niahidayati.net/ciri-ciri-anak-kreatif.htm :
1. Berpikir lancar
Anak kreatif mampu memberikan banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang kita berikan. Dalam kejadian sehari-hari, kita sering bertanya “apa”, maka sering pula dijawab dengan banyak jawaban, meskipun kadang-kadang jawabannya agak melenceng alias “ngaco”. Namun, itulah salah satu kehebatan anak kreatif. Dalam jangka panjang, anak kreatif mampu memberikan banyak solusi atas masalah yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan karena di masa depannya hidup akan penuh masalah dan tantangan. Dengan kreativitasnya, maka ia akan lebih mudah menjawab masalah dan tantangan tersebut.
2. Fleksibel dalam berpikir
Anak kreatif mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang (fleksibel), sehingga ia mampu memberikan jawaban variatif. Hal ini akan memudahkannya menjalani kehidupan dan beradaptasi dalam berbagai keadaan. Seringkali tanpa kita sadari, anak memberikan jawaban atau komentar yang solutif atas pertanyaan dan pernyataan kita. Misalnya, "Si Bibi kemana sih, jam segini belum datang, dasar malas menunda-nunda pekerjaan terus ...," dengan tiba-tiba ia berkata "Mungkin Bibi sakit, Bu."
3. Orisinil (asli) dalam berpikir
Anak kreatif mampu memberikan jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban–jawaban baru yang tidak lazim diungkapkan anak-anak atau kadang tak terpikirkan orang lain, di luar perkiraan dan khas. Misalnya, sang Ibu mempertanyakan baju anaknya yang kotor dengan nada sedikit kesal. “Sayang, kenapa bajumu kotor begini sih, Ibu kan sudah bilang jangan kotor-kotoran?” Jawaban si anak. “Tadi kecipratan air hujan, Bu. Teman-teman pada main ciprat-cipratan air hujan sama lumpur. Lagian kalau hujan kan Ibu seneng, banyak air buat nyuci sama mandi.”

4. Elaborasi
Anak kreatif mampu memberikan banyak gagasan dengan menggabungkan beberapa ide atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya secara rinci dan detail hingga hal-hal kecil. Misalnya, "Mengapa rumah berantakan?" Jawab si anak "Ini risiko, Bu. Aku kan main, bolak-balik ke dapur ngambil makanan dan minuman, lari-lari, ketendang, jadi tumpah deh. Namanya juga main. "

5. Imajinatif
Anak kreatif memiliki daya khayal atau imajinasi yang ia aplikasikan dalam kegiatannya sehari-hari. Ia menyukai imajinasi dan sering bermain peran imajinasi. Misalnya, ia membayangkan dirinya sebagai Ibu, maka ia akan berperan sebagai ibu dalam segi bicara dan perilakunya. Dalam tataran anak remaja, imajinasi ini biasanya berupa fiksi ilmiah, yakni sudah cukup mampu mengembangkan imajinasinya dalam bentuk-bentuk keilmuan, seperti menulis cerpen atau naskah drama, menciptakan lirik lagu, bermusik dengan genre tertentu, dan lain-lain.

6. Senang menjajaki lingkungannya
Anak kreatif senang dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain menyenangkannya juga membuatnya banyak belajar. Ia bisa mengumpulkan dan meneliti makhluk hidup, serta benda mati yang ada di lingkungannya. Hal ini tentu saja bermanfaat untuk masa depannya karena ia akan selalu belajar dan mengasah rasa ingin tahunya terhadap sesuatu secara mendalam. Ciri ini juga terkait dengan kecerdasan anak secara naturalis. Msalnya, karena ia senang meneliti makhluk hidup, maka ia senang memelihara binatang atau tanaman yang disukainya dan memberinya nama.

7. Banyak mengajukan pertanyaan
Anak kreatif sangat suka mengajukan pertanyaan, baik secara spontan yang berhubungan dengan pengalaman barunya maupun hasil ia berpikir. Sering kali pertanyaan yang diajukannya membuat kita sulit dan merasa terjebak. Karena itu, kita harus memiliki strategi yang tepat dengan berhati-hati memberikan pernyataan dan harus siap dengan jawaban yang membuatnya mengerti. Misalnya, kita mengajarkan bahwa Tuhan selalu melihat kita dan tahu segala perbuatan kita karena Tuhan itu ada di mana-mana, maka ia dapat mengajukan pertanyaan "Tuhan itu laki-laki atau perempuan? Tuhan itu ada banyak ya? Kan ada dimana-mana? ". Jika tidak kita berikan jawaban yang memuaskannya, maka ia akan terus mengajukan pertanyaan.

8. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
Anak kreatif suka memperhatikan sesuatu yang dianggap menarik dan mendalaminya sampai puas. Rasa ingin tahu anak kreatif sangat tinggi, sehingga ia tak akan melewatkan kesempatan untuk bertanya. Karena itu, kita sering dibuatnya agak kewalahan bahkan jengkel dengan menganggap anak kita bawel. Padahal itulah kehebatannya, rasa ingin tahunya akan membuatnya haus ilmu, memiliki daya kritis dalam berpikir dan tidak cepat percaya dengan ucapan orang sebelum membuktikan kebenarannya. Misalnya, kita sedang bertamu ke rumah seseorang. Ia melihat kristal yang menarik. Matanya selalu tertuju ke sana dan pelan-pelan mendekati kristal itu, diangkat…lalu jatuh dan pecah. Ia berkata “Habis berat sih, jadi dibagi dua saja, deh!” Reaksi kita tentu saja kesal, marah dan merasa malu. Karena itu, fokus dan konsentrasi terhadap anak kreatif harus benar-benar diperhatikan. Cara berpikirnya yang cepat dan lancar akan membuatnya mudah bertindak memuaskan keingintahuannya.

9. Suka melakukan eksperimen
Anak kreatif suka melakukan percobaan dengan berbagai cara untuk memuaskan rasa penasaran dan rasa ingin tahunya. Karena itu, sebagaimana contoh di atas, orang tua harus bayak mendampingi dan membimbingnya, tetapi tidak bertujuan menghambat atau terlalu mencampuri eksperimennya itu. Memberikan penjelasan tentang baik dan buruknya sesuatu lebih baik daripada berkata “jangan” atau “tidak boleh”.

10. Suka menerima rangsangan baru
Anak kreatif sangat suka mendapatkan stimulus ataurangsangan baru, dan terbuka terhadap pengalaman baru. Hal ini terkait dengan rasa ingin tahunya dan kesukaannya bereksperimen. Semakin banyak stimulus yang kita berikan, maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkannya dan semakin banyak pula percobaan yang dilakukannya, sehingga proses dan kemampuan berpikirnya akan terus berkembang dan mengasah kecerdasan otaknya.

11. Berminat melakukan banyak hal
Anak kreatif memiliki minat yang besar terhadap banyak hal. Ia suka melakukan hal-hal yang baru, berani mencoba hal baru dan tidak takut terhadap tantangan. Dengan mengetahui antusiasme dari minatnya terhadap sesuatu akan membantu orang tua mengenali bakat anak, sehingga sejak dini bisa mengembangkan minat dan bakatnya secara berdampingan dan berkesinambungan. Selain itu, keberanian melakukan hal-hal baru dapat memupuk rasa percaya dirinya yang bermanfaat untuk perkembangan kepribadiannya kelak.

12. Tidak mudah merasa bosan
Anak kreatif tidak mudah bosan melakukan sesuatu. Ia akan melakukannya sampai ia merasa benar-benar puas. Jika sudah puas, maka ia akan melakukan sesuatu yang lain lagi. Inilah ciri kreativitasnya yang menonjol. Ketidakbosanan merupakan aset berharga yang akan membuatnya terus mencari hal-hal yang dapat menginspirasinya untuk berkreasi dan berinovasi dengan hal-hal yang dialaminya dan dilihatnya, sehingga proses kereatifnya terus berjalan seiring pertumbuhan usianya.
Kreativitas lahir bukan semata-mata karena faktor keturunan, tetapi lebih karena adanya faktor stimulasi dari lingkungan anak. Dalam hal ini, stimulus dan bimbingan orang tua merupakan faktor utama dalam menumbuhkembangkan kreativitas anak. Dengan mengenali dan memahami ciri anak kreatif, orang tua dapat mengoptimalkan kemampuannya untuk mengembangkan kreativitas anak-anaknya. Karena itu, anak merupakan anugerah yang harus kita syukuri, membuat kita belajar dari dan tentang banyak hal dalam kehidupan. – dari berbagai referensi.

SEMOGA BERMANFAAT
Referensi :
http://www.jakarta.go.id/v70/pkk/index.php?option=com_content&view=article&id=169%3Aorangtua-adalah-kunci-membuat-anak-kreatif&catid=38%3Atips-keluarga&Itemid=58
http://www.pustakanilna.com/pendidikan-anak/agar-anak-kreatif-butuh-pengorbanan-orang-tua/
http://www.dechacare.com/10-Kiat-Mengembangkan-Otak-Anak-I496.html
                                                    

10 Tips Mengatasi Anak Hiperaktif

10 Tips Mengatasi Anak Hiperaktif

Menjadi orangtua yang memiliki anak hiperaktif pasti merupakan salah satu tugas yang sangat sulit. Berikut ini beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam usaha menghadapi anak hiperaktif.
1. Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.
2. Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak Anda.
3. Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh, karena akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.
4. Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi yang terbaik bagi anak.
5. Yang terpenting berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara lainnya. Alasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.
6. Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.
7. Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.
8. Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
9. Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus berkomunikasi “setiap satu menit sekali”.
10. Salah satu hal tersulit dalam mengatasi anak hiperaktif adalah ketika sedang berada di meja makan dan kita meminta dia makan sendiri. Mungkin dia malah akan memainkan makanannya atau berlari- lari mengelilingi meja makan. Jangan marahi dia! Yang harus Anda lakukan adalah Anda harus menyuapi mereka dengan sabar.

Being a 'Leader' for Yourself

Being a 'Leader' for Yourself

A 'leader'Or a leader is someone who leads, either in an organization, company, or in community groups. Being a 'leader'For ourselves is not difficult. There are some things we need to do, so that we can lead ourselves well. Here are some of these:
1. Get to know us.
A good leader is someone who is familiar with the members of the group. Being a good leader for yourself means to know ourselves well. Ask yourself, who am I? What kelebihanku? What flaws? What is my purpose? Try to continue to provide questions to yourself. Do not stop if we have the answer. Do not be complacent, but keep asking and asking. If at any time we get stuck in answering questions, try to continue to dig down to the inside, and find the answer.
Knowing ourselves is the most fundamental if we want to lead ourselves. Why? If a leader leads a group, but did not personally know the members, then he will find it hard to work with them. Similar to lead themselves. If we do not know who we are, our strengths and weaknesses, and what we want, then we will find it hard to lead ourselves.

2. Make rules for yourself.
In an organization or company, the rules are made for each of its members continue to run on the corridor and the goals of the organization or company. A good leader can certainly create and follow rules that have been agreed. Similarly, the rules for yourself. Rules for self-made especially so that we can maintain harmony and balance our mental and emotional.
Examples of rules for yourself that can be applied:
• I need care and attention to myself, just like I care and attention with others.
• I do not have to always say 'yes' to all requests submitted by others, or feel guilty when saying 'no'.
• No one is perfect in this world. try to give you the best.
• I have the right to be treated with respect by others.
These rules are simple things that we usually forget to various reasons. For example, wanting to please others, want to be perfect, and the fear of feeling guilty.
3. Control your emotions.
In conjunction with leading yourself, control your emotions is one important thing to do. Controlling emotion is closely related to self-control. If we can control ourselves, to wisely spend the emotions we feel, we've managed to become a leader for yourself.
Emotion is basically an impulse to act, that encourages a person to respond or act against the existing stimulus. Controlling emotions does not mean cease to feel or even do not express yourself. Control of emotions means that we can recognize, understand, and control the emotions we feel. The point is how we manage our emotions, not vice versa, we are controlled and regulated by the emotion. By controlling emotions, we will be able to do things better. Excessive Emotions tend to drain our energy so we feel more tired, and also make it hard to think well.
4. Be (proud of) yourself.
To be able to lead yourself, other important thing is how we want to be yourself, and also proud of ourselves. Once we know who we are, the next thing to do is be proud of ourselves, so we do not have to pretend to be someone else.
The initial steps can be taken to be yourself is to believe no one is perfect in this world. What we can do is always give the best at every opportunity, not a person who's perfect. If it has to do, then the next step is always proud of whatever we do, whatever the outcome. Because we have given the best and maximum effort in everything we do.
Next, let not glorifying the others, but pride in your strengths and our potential. Believe that each of us is created with different talents. Our task is to develop these talents, not just admire the talents of others. Lastly, delete the ideal standards that we create in our own minds. Ideal standard that we make usually make us feel not satisfied with myself, and continuously pursue the ideal of these. Do not constantly compare ourselves to other people who we think is ideal. To care for ourselves.
5. Give rewards for yourself.
Everyone likes praise, rewards, or even a pat on the shoulder while successfully doing something. A good leader should always give awards to members of the group who managed to do something, just as if we lead ourselves.
As a leader, we usually easier to provide awards and rewards to others than to ourselves. We tend to be tougher on ourselves, we tend to 'force' ourselves to see the shortcomings that we have. This may be because we want to continue to maintain personal motivation. But sometimes we forget that an appreciation and rewards also important given to us.
Reward can bring out the feeling that we do something we want, not just how we force ourselves to do something. Gift rewards to themselves tend to be more effective to reinforce the emergence of behavior we want, instead of 'punishing' us. To implement the system rewards in ourselves, first we have to do is determine a benchmark or target of what we want to do, the next new set rewards what is appropriate for ourselves.
Reward for yourself can be given in the form of traveling outside the city, going to the movies, go to the salon to spa, relaxation with a massage at the health place, buy something related to the hobby, and others.
6. Forgive yourself.
In addition to providing award or rewards to yourself, other things we need to do is to forgive yourself when experiencing failure. Please stop blaming yourself for it will only make us feel hopeless and stressed. Give us the opportunity to grow, learn from the mistakes we have made, and accept failure as a learning process. Blaming yourself will only make our minds a dead end, and it is difficult to see the positive side, what have we learned from a mistake. Conversely, when we receive an error that we do as a learning process, then we will tend to be easier to set foot facing the other thing that is in plain sight.
What should be done so that we can forgive yourself? Here are a few:
• Admit mistakes we have made and Relax it happens.
• Focus on the advantages and potentials we have, do not focus on the mistakes that have been done alone.
• Find out what can we learn from failure that we experience.
• Tell me what we experience with people nearby, and hear their views on the failure or error.
• Stop saying "if only ...". Remember that no matter how hard we tried, what has happened can never change. The only thing that can we make for the better is the present and future. So keep in mind yourself, "I'll pay for a mistake / failure at the next opportunity."

Menjadi ‘Leader’ untuk Diri Sendiri

Menjadi ‘Leader’ untuk Diri Sendiri

Seorang ‘leader’ atau pemimpin adalah seseorang yang memimpin, baik di sebuah organisasi, perusahaan, ataupun dalam komunitas kelompok tertentu. Menjadi seorang ‘leader’ untuk diri kita sendiri tidaklah sulit. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan, agar kita dapat memimpin diri kita dengan baik. Berikut beberapa hal tersebut:
1. Kenali diri kita.
Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang mengenal dengan baik anggota kelompoknya. Menjadi pemimpin yang baik untuk diri sendiri berarti mengenal diri kita dengan baik. Tanyakan kepada diri sendiri, siapakah aku? Apa kelebihanku? Apa kekuranganku? Apa tujuan hidupku? Cobalah terus untuk memberikan pertanyaan kepada diri sendiri. Jangan berhenti jika kita telah mendapatkan jawabannya. Jangan berpuas diri, melainkan teruslah bertanya dan bertanya. Jika suatu saat kita mengalami kebuntuan dalam menjawab pertanyaan, coba terus menggali sampai ke dalam, dan temukan jawabannya.
Mengenal diri kita adalah hal yang paling dasar jika kita mau memimpin diri sendiri. Mengapa? Jika seorang pemimpin memimpin sebuah kelompok, namun tidak mengenal pribadi anggotanya, maka ia akan kesulitan untuk bekerja sama dengan mereka. Sama halnya dengan memimpin diri sendiri. Jika kita tidak tahu siapa diri kita, kelebihan dan kekurangan kita, dan apa yang kita inginkan, maka kita pun akan kesulitan untuk memimpin diri kita.

2. Buat aturan untuk diri sendiri.
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, aturan dibuat agar setiap anggotanya tetap berjalan pada koridor dan tujuan organisasi atau perusahaan. Seorang pemimpin yang baik tentunya dapat membuat dan mengikuti aturan yang telah disepakati bersama. Begitu pula halnya dengan aturan untuk diri sendiri. Aturan untuk diri sendiri dibuat khususnya agar kita dapat menjaga keharmonisan dan keseimbangan mental dan emosi kita.
Contoh-contoh aturan untuk diri sendiri yang dapat diterapkan:
• Saya harus peduli dan memperhatikan diri saya, sama seperti saya peduli dan perhatian dengan orang lain.
• Saya tidak harus selalu berkata ‘ya’ terhadap semua permintaan yang diajukan orang lain, atau merasa bersalah ketika berkata ‘tidak’.
• Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. berusahalah untuk memberikan yang terbaik.
• Saya memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat oleh orang lain.
Aturan-aturan ini merupakan hal-hal sederhana yang biasanya kita lupakan dengan berbagai alasan. Misalnya, ingin menyenangkan orang lain, ingin sempurna, dan takut merasa bersalah.
3. Kendalikan emosi.
Dalam hubungannya dengan memimpin diri sendiri, mengendalikan emosi adalah salah satu hal yang penting untuk dilakukan. Pengendalian emosi erat kaitannya dengan pengendalian diri. Jika kita dapat mengendalikan diri, dengan bijaksana mengeluarkan emosi-emosi yang kita rasakan, maka kita sudah berhasil menjadi pemimpin untuk diri sendiri.
Emosi pada dasarnya adalah sebuah dorongan untuk bertindak, yang mendorong seseorang untuk merespons atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Pengendalian emosi bukan berarti berhenti merasa atau pun tidak mengekspresikan diri Anda. Pengendalian emosi berarti kita bisa mengenali, memahami, dan mengendalikan emosi yang kita rasakan. Intinya adalah bagaimana kita mengatur emosi kita, bukan sebaliknya, kita yang dikuasai dan diatur oleh emosi tersebut. Dengan mengendalikan emosi, kita akan bisa mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Emosi yang berlebihan cenderung akan menguras energi kita sehingga kita merasa lebih cepat lelah, dan juga membuat kita sulit berpikir dengan baik.
4. Be (proud of) yourself.
Untuk dapat memimpin diri sendiri, hal penting lainnya adalah bagaimana kita mau menjadi diri sendiri, dan juga bangga terhadap diri kita. Setelah kita mengenal siapa diri kita, hal yang selanjutnya perlu dilakukan adalah bangga terhadap diri sendiri, sehingga kita tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain.
Langkah awal yang dapat dilakukan untuk menjadi diri sendiri adalah meyakini tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Yang dapat kita lakukan adalah selalu memberikan yang terbaik pada setiap kesempatan, bukan menjadi sosok yang sempurna. Jika itu telah kita lakukan, maka langkah selanjutnya adalah selalu bangga dengan apapun yang kita lakukan, apapun hasilnya. Sebab kita telah memberikan usaha yang terbaik dan maksimal di setiap hal yang kita kerjakan.
Selanjutnya, janganlah terlalu mengagung-agungkan orang lain, tapi banggalah dengan kelebihan dan potensi yang kita miliki. Percayalah bahwa masing-masing dari kita diciptakan dengan talenta yang berbeda-beda. Tugas kita adalah mengembangkan talenta tersebut, bukan hanya mengagumi talenta orang lain. Yang terakhir, hapuslah standar-standar ideal yang kita ciptakan dalam pikiran kita masing-masing. Standar ideal yang kita buat biasanya membuat kita merasa tidak puas akan diri sendiri, dan terus menerus mengejar ke-ideal-an tersebut. Jangan terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain yang kita anggap ideal. Sayangilah diri kita sendiri.
5. Berikan reward untuk diri sendiri.
Semua orang menyukai pujian, penghargaan, atau bahkan sebuah tepukan di pundaknya saat berhasil melakukan sesuatu. Seorang pemimpin yang baik seharusnya selalu memberikan penghargaan kepada anggota kelompok yang berhasil melakukan sesuatu, sama halnya jika kita memimpin diri sendiri.
Sebagai seorang pemimpin, kita biasanya lebih mudah memberikan penghargaan dan reward kepada orang lain daripada kepada diri kita sendiri. Kita cenderung bersikap lebih keras terhadap diri sendiri, kita cenderung terus ‘memaksa’ diri kita dengan melihat kekurangan yang kita miliki. Hal ini mungkin karena kita ingin tetap terus menjaga motivasi pribadi. Tetapi terkadang kita lupa bahwa sebuah penghargaan dan reward juga penting diberikan kepada diri kita.
Reward dapat memunculkan perasaan bahwa kita melakukan sesuatu yang kita inginkan, bukan hanya sekedar bagaimana kita memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu. Pemberian reward kepada diri sendiri cenderung lebih efektif untuk memperkuat munculnya perilaku yang kita inginkan, daripada ‘menghukum’ diri kita. Untuk menerapkan sistem reward pada diri kita, pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan tolak ukur atau target mengenai apa yang ingin kita lakukan, baru selanjutnya menentukan reward apa yang pantas untuk diri kita.
Reward untuk diri sendiri dapat diberikan dalam bentuk berlibur ke luar kota, menonton film di bioskop, pergi ke salon untuk spa, relaksasi dengan pijit di tempat kesehatan, membeli sesuatu yang berkaitan dengan hobby, dan lain-lain.
6. Maafkan dirimu.
Selain memberikan penghargaan atau reward kepada diri sendiri, hal lain yang perlu kita lakukan adalah memaafkan diri sendiri bila mengalami kegagalan. Berhentilah menyalahkan diri sendiri karena itu hanya akan membuat kita merasa putus asa dan stress. Berikanlah kesempatan kepada diri kita untuk berkembang, belajar dari kesalahan yang telah kita buat, dan menerima kegagalan sebagai proses belajar. Menyalahkan diri sendiri hanya akan membuat pikiran kita buntu, dan sulit untuk melihat sisi positif, apa yang telah kita pelajari dari sebuah kesalahan. Sebaliknya, ketika kita menerima sebuah kesalahan yang kita lakukan sebagai sebuah proses belajar, maka kita akan cenderung lebih mudah untuk melangkahkan kaki menghadapi hal lain yang ada di depan mata.
Apa saja yang harus dilakukan agar kita dapat memaafkan diri sendiri? Berikut beberapa diantaranya:
• Akui kesalahan yang telah kita buat dan relakan hal itu terjadi.
• Fokuslah pada kelebihan dan potensi yang kita miliki, jangan terfokus kepada kesalahan yang telah dilakukan saja.
• Carilah apa yang dapat kita pelajari dari kegagalan yang kita alami.
• Ceritakan apa yang kita alami dengan orang terdekat, dan dengarkanlah pandangan mereka mengenai kegagalan atau kesalahan tersebut.
• Berhentilah berkata “seandainya…”. Ingatlah bahwa sekeras apapun kita mencoba, apa yang telah terjadi tidak pernah dapat kita ubah. Satu-satunya yang dapat kita buat untuk menjadi lebih baik adalah masa kini dan masa depan. Jadi camkanlah pada diri sendiri, “saya akan membayar kesalahan / kegagalan ini di kesempatan berikutnya”.
• Beranilah untuk kembali melangkahkan kaki kembali. Kegagalan / kesalahan bukanlah akhir dari dunia. Masa kini dan masa depan selalu menanti di depan kita. Keraguan untuk kembali melangkah hanya akan menghambat kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi.

TIPS MENGHILANGKAN RASA MALAS BELAJAR



Tugas sekolah/kuliah kalian masih numpuk? Mana besok ada ujian lagi terus ada pretest buat praktikum, mana hafalan slide sejibun. Baru slide pertama saja sudah bosan, mau membaca tapi mata mengantuk akhirnya nggak jadi deh, semuanya pada dicuekin. Kok jadi malas ya? Nah, yang menjadi pertanyaan bagaimana cara mengusir rasa malas dalam belajar? Di bawah ini ada beberapa tips yang insya Allah bisa membantu, semoga bermanfaat:
Pertama, berwudhulah, karena dengan berwudhu secara langsung kamu juga akan membasuh wajah dan menyegarkan kembali aura wajahmu yang tadinya ngantuk, kalau bisa mandi sekalian terus wudhu.
Kedua, menghirup udara pelan-pelan melalui hidung kemudian menghembuskannya lewat mulut dengan cara berdiri untuk menambah kesegaran dan ketenangan.
Ketiga, memulai dengan membaca Ta’awudz dan Basmallah, semoga pekerjaan kita baik membaca atau menyelesaikan tugas tidak diganggu oleh syeitan dan akan diberkahi oleh Allah. Hal ini supaya aktivitas bernilai ibadah.
Keempat, ada saatnya untuk mengubah posisi, misalkan posisi duduk ketika membaca. Ataupun bisa jadi dari posisi duduk berubah menjadi berdiri, namun jangan sampai dari duduk terus berbaring, kemungkinan besar bisa ketiduran.
Kelima, berpindah dari ruang satu ke ruang lainnya. Bisa saja disiasati seperti berpindah dari kamar ke beranda ruang tamu atau bahkan ke dapur dan ke luar rumah untuk sesekali memandang alam.
Keenam, membuat sesuatu yang menyegarkan, contohnya saja seperti membuat minuman teh, kopi atau jus bahkan kue-kue kecil untuk menghilangkan rasa bosan dan menjernihkan pikiran.
Ketujuh, ketika sudah selesai, ucapkanlah Hamdallah dan berdoa kepada Allah semoga apa yang baru saja dikerjakan tadi bermanfaat untuk hari esok dan hari yang akan datang.
Itu beberapa tips agar kita terjauh dari sifat malas. Oo iya, jangan lupa juga kita harus berdoa meminta kepada Allah agar senantiasa diberikan semangat dan keistiqomahan dalam beribadah. Aamiin.
Belajar yuuk!