Menjadi ‘Leader’ untuk Diri Sendiri
Seorang ‘leader’ atau pemimpin adalah seseorang yang memimpin, baik di sebuah organisasi, perusahaan, ataupun dalam komunitas kelompok tertentu. Menjadi seorang ‘leader’ untuk diri kita sendiri tidaklah sulit. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan, agar kita dapat memimpin diri kita dengan baik. Berikut beberapa hal tersebut:1. Kenali diri kita.
Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang mengenal dengan baik anggota kelompoknya. Menjadi pemimpin yang baik untuk diri sendiri berarti mengenal diri kita dengan baik. Tanyakan kepada diri sendiri, siapakah aku? Apa kelebihanku? Apa kekuranganku? Apa tujuan hidupku? Cobalah terus untuk memberikan pertanyaan kepada diri sendiri. Jangan berhenti jika kita telah mendapatkan jawabannya. Jangan berpuas diri, melainkan teruslah bertanya dan bertanya. Jika suatu saat kita mengalami kebuntuan dalam menjawab pertanyaan, coba terus menggali sampai ke dalam, dan temukan jawabannya.
Mengenal diri kita adalah hal yang paling dasar jika kita mau memimpin diri sendiri. Mengapa? Jika seorang pemimpin memimpin sebuah kelompok, namun tidak mengenal pribadi anggotanya, maka ia akan kesulitan untuk bekerja sama dengan mereka. Sama halnya dengan memimpin diri sendiri. Jika kita tidak tahu siapa diri kita, kelebihan dan kekurangan kita, dan apa yang kita inginkan, maka kita pun akan kesulitan untuk memimpin diri kita.
2. Buat aturan untuk diri sendiri.
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, aturan dibuat agar setiap anggotanya tetap berjalan pada koridor dan tujuan organisasi atau perusahaan. Seorang pemimpin yang baik tentunya dapat membuat dan mengikuti aturan yang telah disepakati bersama. Begitu pula halnya dengan aturan untuk diri sendiri. Aturan untuk diri sendiri dibuat khususnya agar kita dapat menjaga keharmonisan dan keseimbangan mental dan emosi kita.
Contoh-contoh aturan untuk diri sendiri yang dapat diterapkan:
• Saya harus peduli dan memperhatikan diri saya, sama seperti saya peduli dan perhatian dengan orang lain.
• Saya tidak harus selalu berkata ‘ya’ terhadap semua permintaan yang diajukan orang lain, atau merasa bersalah ketika berkata ‘tidak’.
• Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. berusahalah untuk memberikan yang terbaik.
• Saya memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat oleh orang lain.
Aturan-aturan ini merupakan hal-hal sederhana yang biasanya kita lupakan dengan berbagai alasan. Misalnya, ingin menyenangkan orang lain, ingin sempurna, dan takut merasa bersalah.
3. Kendalikan emosi.
Dalam hubungannya dengan memimpin diri sendiri, mengendalikan emosi adalah salah satu hal yang penting untuk dilakukan. Pengendalian emosi erat kaitannya dengan pengendalian diri. Jika kita dapat mengendalikan diri, dengan bijaksana mengeluarkan emosi-emosi yang kita rasakan, maka kita sudah berhasil menjadi pemimpin untuk diri sendiri.
Emosi pada dasarnya adalah sebuah dorongan untuk bertindak, yang mendorong seseorang untuk merespons atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Pengendalian emosi bukan berarti berhenti merasa atau pun tidak mengekspresikan diri Anda. Pengendalian emosi berarti kita bisa mengenali, memahami, dan mengendalikan emosi yang kita rasakan. Intinya adalah bagaimana kita mengatur emosi kita, bukan sebaliknya, kita yang dikuasai dan diatur oleh emosi tersebut. Dengan mengendalikan emosi, kita akan bisa mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Emosi yang berlebihan cenderung akan menguras energi kita sehingga kita merasa lebih cepat lelah, dan juga membuat kita sulit berpikir dengan baik.
4. Be (proud of) yourself.
Untuk dapat memimpin diri sendiri, hal penting lainnya adalah bagaimana kita mau menjadi diri sendiri, dan juga bangga terhadap diri kita. Setelah kita mengenal siapa diri kita, hal yang selanjutnya perlu dilakukan adalah bangga terhadap diri sendiri, sehingga kita tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain.
Langkah awal yang dapat dilakukan untuk menjadi diri sendiri adalah meyakini tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Yang dapat kita lakukan adalah selalu memberikan yang terbaik pada setiap kesempatan, bukan menjadi sosok yang sempurna. Jika itu telah kita lakukan, maka langkah selanjutnya adalah selalu bangga dengan apapun yang kita lakukan, apapun hasilnya. Sebab kita telah memberikan usaha yang terbaik dan maksimal di setiap hal yang kita kerjakan.
Selanjutnya, janganlah terlalu mengagung-agungkan orang lain, tapi banggalah dengan kelebihan dan potensi yang kita miliki. Percayalah bahwa masing-masing dari kita diciptakan dengan talenta yang berbeda-beda. Tugas kita adalah mengembangkan talenta tersebut, bukan hanya mengagumi talenta orang lain. Yang terakhir, hapuslah standar-standar ideal yang kita ciptakan dalam pikiran kita masing-masing. Standar ideal yang kita buat biasanya membuat kita merasa tidak puas akan diri sendiri, dan terus menerus mengejar ke-ideal-an tersebut. Jangan terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain yang kita anggap ideal. Sayangilah diri kita sendiri.
5. Berikan reward untuk diri sendiri.
Semua orang menyukai pujian, penghargaan, atau bahkan sebuah tepukan di pundaknya saat berhasil melakukan sesuatu. Seorang pemimpin yang baik seharusnya selalu memberikan penghargaan kepada anggota kelompok yang berhasil melakukan sesuatu, sama halnya jika kita memimpin diri sendiri.
Sebagai seorang pemimpin, kita biasanya lebih mudah memberikan penghargaan dan reward kepada orang lain daripada kepada diri kita sendiri. Kita cenderung bersikap lebih keras terhadap diri sendiri, kita cenderung terus ‘memaksa’ diri kita dengan melihat kekurangan yang kita miliki. Hal ini mungkin karena kita ingin tetap terus menjaga motivasi pribadi. Tetapi terkadang kita lupa bahwa sebuah penghargaan dan reward juga penting diberikan kepada diri kita.
Reward dapat memunculkan perasaan bahwa kita melakukan sesuatu yang kita inginkan, bukan hanya sekedar bagaimana kita memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu. Pemberian reward kepada diri sendiri cenderung lebih efektif untuk memperkuat munculnya perilaku yang kita inginkan, daripada ‘menghukum’ diri kita. Untuk menerapkan sistem reward pada diri kita, pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan tolak ukur atau target mengenai apa yang ingin kita lakukan, baru selanjutnya menentukan reward apa yang pantas untuk diri kita.
Reward untuk diri sendiri dapat diberikan dalam bentuk berlibur ke luar kota, menonton film di bioskop, pergi ke salon untuk spa, relaksasi dengan pijit di tempat kesehatan, membeli sesuatu yang berkaitan dengan hobby, dan lain-lain.
6. Maafkan dirimu.
Selain memberikan penghargaan atau reward kepada diri sendiri, hal lain yang perlu kita lakukan adalah memaafkan diri sendiri bila mengalami kegagalan. Berhentilah menyalahkan diri sendiri karena itu hanya akan membuat kita merasa putus asa dan stress. Berikanlah kesempatan kepada diri kita untuk berkembang, belajar dari kesalahan yang telah kita buat, dan menerima kegagalan sebagai proses belajar. Menyalahkan diri sendiri hanya akan membuat pikiran kita buntu, dan sulit untuk melihat sisi positif, apa yang telah kita pelajari dari sebuah kesalahan. Sebaliknya, ketika kita menerima sebuah kesalahan yang kita lakukan sebagai sebuah proses belajar, maka kita akan cenderung lebih mudah untuk melangkahkan kaki menghadapi hal lain yang ada di depan mata.
Apa saja yang harus dilakukan agar kita dapat memaafkan diri sendiri? Berikut beberapa diantaranya:
• Akui kesalahan yang telah kita buat dan relakan hal itu terjadi.
• Fokuslah pada kelebihan dan potensi yang kita miliki, jangan terfokus kepada kesalahan yang telah dilakukan saja.
• Carilah apa yang dapat kita pelajari dari kegagalan yang kita alami.
• Ceritakan apa yang kita alami dengan orang terdekat, dan dengarkanlah pandangan mereka mengenai kegagalan atau kesalahan tersebut.
• Berhentilah berkata “seandainya…”. Ingatlah bahwa sekeras apapun kita mencoba, apa yang telah terjadi tidak pernah dapat kita ubah. Satu-satunya yang dapat kita buat untuk menjadi lebih baik adalah masa kini dan masa depan. Jadi camkanlah pada diri sendiri, “saya akan membayar kesalahan / kegagalan ini di kesempatan berikutnya”.
• Beranilah untuk kembali melangkahkan kaki kembali. Kegagalan / kesalahan bukanlah akhir dari dunia. Masa kini dan masa depan selalu menanti di depan kita. Keraguan untuk kembali melangkah hanya akan menghambat kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.