WELCOME IN Miza Blog !!!
Comitment - Piety - Knowledge - Integrity -Innovative

Rabu, 04 Mei 2011

URGENSI PAUD DALAM PENDIDIKAN PRA SEKOLAH

Disahkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang secara eksplisit mencantumkan tentang Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD (Pasal 28), menunjukkan adanya komitmen bangsa Indonesia untuk menempatkan pendidikan anak usia dini sebagai bagian penting dalam penyiapan sumber daya manusia di masa mendatang.
Perlu disadari bahwa kondisi sumber daya manusia Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan. Salah satu indikatornya adalah menurunnya Human Development Index (HDI), dari rangking 104 di tahun 1995 menjadi rangking 111 dari 177 negara pada tahun 2004 (Mardiya, 2006: 18). Sebagaimana diketahui, HDI atau lebih dikenal sebagai Indek Pembangunan Manusia diukur dengan mempersandingkan 4 indikator, yakni usia harapan hidup, persentase melek huruf dewasa, rata-rata lama menempuh pendidikan dan pengeluaran per kapita. Dari sini jelas tampak bahwa aspek kesehatan dan pendidikan sangat menentukan mutu sumber daya manusia.
Menurut Fasli Jalal (2003: 14) jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta aksara mencapai 18,7 juta orang, yang berasal dari 900.000 orang DO sekolah dasar per tahun dan sisanya mereka yang memang tidak sekolah sejak awal karena alasan geografis dan ekonomi. Sedikitnya jumlah lembaga pendidikan anak usia dini ikut menyumbang bertambahnya penduduk buta huruf, dimana per tahun terdapat sebanyaknya 200.000 – 300.000 orang DO SD kelas I – III sebagai akibat ketidaksiapan memasuki pendidikan dasar.
Hakikat Anak Usia Dini
Kajian dari berbagai sudut pandang medis-neurologis, psikososial-kultural, dan pendidikan mengimplikasikan suatu pandangan yang komprehensif tentang anak usia dini. Secara singkat kajian tersebut menyimpulkan bahwa anak usia dini (sejak lahir hingga 6 tahun) adalah sosok individu makhluk sosial kultural yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik tertentu (Ishak Abdulhak, 2003: 23).
Sebagai individu, anak usia dini adalah suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik. Sebagai makhluk sosio-kultural, ia perlu tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan sosial tempat ia hidup dan perlu diasuh dan dididik sesuai dengan nilai-nilai sosio-kultural yang sesuai dengan harapan masyarakatnya.
Menurut Hibana S Rahman (2004: 4) anak usia dini mengalami suatu proses perkembangan yang fundamental dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan perkembangan yang membekas dan berjangka lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya. Ia memiliki sejumlah potensi baik potensi fisik-biologis, kognisi maupun sosio-ekonomi. Ia adalah individu yang sedang mengalami proses perkembangan sangat pesat serta merupakan pembelajar yang aktif dan energik.
Urgensi Pendidikan Anak Usia Dini
Para ahli psikologi perkembangan sepakat usia dini (0-4 tahun) adalah sebagai “the golden age” atau masa emas dalam tahap perkembangan hidup manusia. Dikatakan sebagai masa emas, karena pada masa ini tidak kurang dari 100 miliar sel otak siap untuk distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat berkembang secara optimal di kemudian hari. Dalam banyak penelitian menunjukkan, kecerdasan anak usia 0-4 tahun akan terbangun 50 persen dari total kecerdasan yang akan dicapai pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4 tahun pertama adalah masa-masa paling menentukan dalam membangun kecerdasan anak dibandingkan masa-masa sesudahnya. Artinya, nilai pada usia tersebut anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka potensi tumbuh kembang anak tidak akan teraktualisasikan secara optimal (Sutaryati, 2006: 10).
Menurut Hibana S Rahman (2005: 5) anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, atas kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Gambaran di atas menunjukkan betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk anak-anak kita. Kalau dulu banyak orang beranggapan bahwa pendidikan untuk anak hanya akan efektif bila dimulai dari usia TK atau SD, maka persepsi tersebut harus diluruskan. Karena pendidikan anak yang dimulai dari TK atau SD sebenarnya sudah ketinggalan kereta. Pendidikan terhadap anak sebaiknya dilakukan sejak anak usia 0 tahun atau bahkan sejak dalam kandungan. Hanya saja yang perlu diperhatikan, menu pendidikan yang diberikan pada anak dalam rentangan PAUD (0-6 tahun) tidak dibenarkan seperti anak usia sekolah dengan diajak menulis dan berhitung, akan tetapi lebih pada pengenalan angka dan huruf. Oleh sebab itu, mereka cukup diberikan menu pendidikan sederhana yang diramu dalam bentuk permainan menyenangkan namun tetap efektif guna merangsang tumbuh kembang anak, baik fisik maupun non fisik.
Dengan demikian, dipandang dari sudut medis-neurologis, psikososiokultural dan edukatif dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan hal yang sangat esensial. Secara medis-neurologis, PAUD sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan struktur dan fungsi otak anak sehingga dapat memberikan pengaruh yang menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian anak selanjutnya. Mendukung pemikiran ini, secara psiko-edukatif masa usia dini juga dipandang sebagai masa kritis bagi perkembangan intelektual, kepribadian dan perilaku sosial manusia sehingga rangsangan-rangsangan pada saat itu mempunyai dampak yang lama terhadap diri seseorang. Pengalaman pendidikan dipandang sebagai suatu yang berkesinambungan sehingga pengalaman pendidikan pada masa dini akan melandasi proses dan hasil penelitian selanjutnya.
Secara lebih luas dari aspek sosio-kultural, PAUD dapat merupakan suatu realisasi dari hak anak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Melalui PAUD, pewarisan nilai-nilai masyarakat dapat dilakukan sehingga dapat menyiapkan anak sebagai generasi penerus untuk masa depan. Bahkan secara ekonomik, PAUD dapat merupakan investasi bagi masa depan karena anak yang terdidik dan berkembang baik secara ekonomis akan menguntungkan pada masa yang akan datang. Begitupun, perubahan struktur dan fungsi keluarga, khususnya di daerah-daerah perkotaan, menuntut pelayanan PAUD lebih dilembagakan.
Tujuan dan Fungsi
PAUD dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak usia dini agar ia dapat tumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma dan harapan masyarakat. Sesuai dengan aspek perkembangan dan kehidupan anak selanjutnya, menurut Ishak Abdulhak (2003: 26) PAUD memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : (1) Pengembangan segenap potensi anak; (2) Penanaman nilai-nilai dan norma-norma kehidupan; (3) Pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan; (4) Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar, serta (5) Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.
Tujuan dan fungsi PAUD yang dasar pendiriannya adalah SK Mendiknas Nomor 051/0/2001 tanggal 19 April 2001 berkaitan erat dengan visi dan misi dari PAUD itu sendiri. adapun visi dan misi dari PAUD adalah sebagai berikut :
Visi : Terwujudnya anak usia dini yang sehat cerdas dan ceria.
Misi : 1. Mengupayakan pemerataan pelayanan, peningkatan mutu dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dini.
2. Mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan usia dini.
Agar tujuan dan fungsi PAUD dapat tercapai, maka ada 4 prinsip yang harus dipegang dalam penyelenggaraan PAUD : Pertama, holistik dan terpadu. PAUD dilakukan dengan terarah ke pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak serta dilakukan secara terintegrasi dalam suatu kesatuan program utuh dan proporsional. Kedua, berbasis keilmuan. Prinsip ini mengandung arti bahwa praktek pendidikan anak usia dini yang tepat perlu dikembangkan berdasarkan temuan-temuan mutakhir dalam bidang keilmuan yang relevan. Ketiga, berorientasi pada perkembangan anak. PAUD dilaksanakan sesuai karakteristik dan tingkat pendidikan anak sehingga proses pendidikannya bersifat tidak terstruktur, informal, emergen dan responsive terhadap perbedaan individual anak, serta melalui aktivitas langsung dalam suasana bermain. Keempat, berorientasi masyarakat. Mengingat anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus menjadi generasi penerus dari masyarakat yang bersangkutan, maka PAUD hendaklah berlandaskan dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai sosio-kultural yang berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Lebih lanjut, prinsip ini juga mempersyaratkan perlunya PAUD untuk memanfaatkan potensi lokal, baik itu berupa keragaman sosial budaya maupun berupa sumber-sumber daya potensial yang ada di masyarakat setempat.
Tantangan dan Permasalahan
PAUD dengan urgensinya dalam beberapa tahun terakhir, semakin popular. Kalangan perguruan tinggi, pelaku pendidikan dan pejabat serta masyarakat luas tampaknya mulai akrab dengan PAUD, sekalipun dapat dipastikan bahwa tingkat pengertian mereka tentang PAUD berbeda-beda. Meningkatnya popularitas PAUD menurut Dedi Supriadi (2003: 97) antara lain berkat sosialisasi yang gencar yang dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya Ditjen Diklusepa melalui Direktorat PAUD, perguruan tinggi yang memiliki program Pendidikan Guru TK (PGTK), Forum PAUD, dan berbagai departemen/instansi yang turut menangani PAUD serta publikasi melalui media massa.
Namun demikian, walaupun popularitasnya meningkat, PAUD masih harus menghadapi sejumlah tantangan dan permasalahan sebelum mencapai hasil seperti yang diharapkan semua pihak. Tantangan dan permasalahan tersebut antara lain :
Pertama, meskipun penanganan anak perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu, namun hingga saat ini belum ada suatu sistem yang menjamin keterpaduan kebijakan dan program dalam penanganan anak usia dini. Di tingkat ini lapangan kelompok BKB, TPA maupun Kelompok Bermain sudah dilakukan. Namun mengingat belum ada keterpaduan kebijakan lintas sektor yang jelas di tingkat pusat, hasil yang dicapai belum optimal.
Kedua, anak usia dini (0-6 tahun) merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari keseluruhan populasi sensus 2000) sementara di pihak lain, kapasitas pemerintah dalam penyelenggaraan PAUD sangat minim. Akibatnya, masih terlalu banyak anak usia dini yang belum mendapat layanan PAUD. Menurut Fasli Jalal (2003: 37), sampai dengan tahun 2001 jumlah anak usia 0-6 tahun yang belum terlayani diperkirakan 19 juta anak (73% dari keseluruhan populasi anak). Di Kabupaten Kulon Progo kondisinya juga tidak jauh berbeda. Berdasarkan data dari subdin PLS, saat ini Kulon Progo memiliki sekitar 11 kelompok PAUD yang terdiri dari PAUD rintisan, PAUD yang dipadukan dengan kelompok BKB, TPA, dll sehingga cakupannya masih sangat rendah. Beruntung perkembangan TK di Kulon Progo cukup pesat sehingga memperluas akses anak untuk mendapat pendidikan sekolah, namun jika dilihat dari rentang usia yang tertangani, pendidikan melalui TK belum terjangkau semua kelompok umur sasaran PAUD.
Keempat, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengikutkan putra-putrinya dalam program PAUD. Banyak keluarga yang masih beranggapan bahwa anak usia dini cukup dididik di rumah saja. Dampaknya, penyelenggaraan PAUD di lapangan belum menarik minat semua keluarga yang menyebabkan cakupannya belum tinggi.
Upaya mengatasi tantangan dan permasalahan yang ada selain perlu dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyuluhan/pembinaan ke masyarakat tentang perlunya PAUD, pemerintah juga perlu meningkatkan keterpaduan lintas sektor dengan dukungan dana yang memadai. Kader yang mengelola PAUD pun perlu dibina secara intensif melalui program pelatihan, orientasi, diskusi atau studi banding ke daerah lain yang kegiatan PAUD nya sudah berjalan baik.
Penumbuhkembangan PAUD di wilayah-wilayah yang terjangkau oleh TK atau PAUD sejenis juga perlu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti jumlah sasaran, ketersediaan tempat dan dukungan sarana, keberadaan kades dan sebagainya sehingga cakupan sasarannya meningkat.
Tentu masih banyak strategi untuk mengatasi tantangan dan permasalahan di atas, namun upaya-upaya tersebut di atas sudah cukup efektif sepanjang ada kebijakan yang terpadu dan konsisten di tingkat pusat hingga daerah sehingga program ini mendapatkan dukungan masyarakat luas.
Kesimpulan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dipandang dari sudut manapun sangat urgen dalam rangka penyiapan SDM berkualitas di kemudian hari. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di tingkat lini lapangan baik berupa rintisan maupun yang dipadukan dengan kegiatan lain yang sudah perlu mendapat dukungan semua pihak.
Adapun dengan masih banyaknya tantangan dan hambatan yang dihadapi berkaitan dengan penyelenggaraan PAUD akan dapat dengan mudah sepanjang ada keseriusan dari pihak pemerintah untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang ada. Strategi jitu yang dapat ditempuh adalah dengan keterpaduan lintas sektor serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PAUD tentunya juga harus didukung oleh sarana prasarana yang memadai.
Daftar Pustaka
Dedi Supriadi, 2003, “Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia”. Jurnal PAUD Edisi Khusus 2003.
Fasli, Jalal, 2003, “Kebijakan Makro PAUD di Indonesia.” Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 10 September 2003.
Hibana S. Rahman, 2002, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Penerbit Galah.
Ishak Abdulhak, 2003, “Konseptualisasi dan Pemetaan Tatanan Kebijakan Serta System dan Program Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia”, Hasil rumusan seminar dan lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Pendidikan Indonesia 10-12 September 2003.
Mardiya, 2006, “Pendidikan Kita, Tinjauan ke Depan”. Jurnal Wahana Pendidikan Yogyakarta : UTY.
Sutaryadi, 2006, Urgensi Pendidikan Usia Dini. Nanggulan : TK PGRI Nanggulan.

Rabu, 27 April 2011

Being a 'Leader' for Yourself

Being a 'Leader' for Yourself

A 'leader'Or a leader is someone who leads, either in an organization, company, or in community groups. Being a 'leader'For ourselves is not difficult. There are some things we need to do, so that we can lead ourselves well. Here are some of these:
1. Get to know us.
A good leader is someone who is familiar with the members of the group. Being a good leader for yourself means to know ourselves well. Ask yourself, who am I? What kelebihanku? What flaws? What is my purpose? Try to continue to provide questions to yourself. Do not stop if we have the answer. Do not be complacent, but keep asking and asking. If at any time we get stuck in answering questions, try to continue to dig down to the inside, and find the answer.
Knowing ourselves is the most fundamental if we want to lead ourselves. Why? If a leader leads a group, but did not personally know the members, then he will find it hard to work with them. Similar to lead themselves. If we do not know who we are, our strengths and weaknesses, and what we want, then we will find it hard to lead ourselves.

2. Make rules for yourself.
In an organization or company, the rules are made for each of its members continue to run on the corridor and the goals of the organization or company. A good leader can certainly create and follow rules that have been agreed. Similarly, the rules for yourself. Rules for self-made especially so that we can maintain harmony and balance our mental and emotional.
Examples of rules for yourself that can be applied:
• I need care and attention to myself, just like I care and attention with others.
• I do not have to always say 'yes' to all requests submitted by others, or feel guilty when saying 'no'.
• No one is perfect in this world. try to give you the best.
• I have the right to be treated with respect by others.
These rules are simple things that we usually forget to various reasons. For example, wanting to please others, want to be perfect, and the fear of feeling guilty.
3. Control your emotions.
In conjunction with leading yourself, control your emotions is one important thing to do. Controlling emotion is closely related to self-control. If we can control ourselves, to wisely spend the emotions we feel, we've managed to become a leader for yourself.
Emotion is basically an impulse to act, that encourages a person to respond or act against the existing stimulus. Controlling emotions does not mean cease to feel or even do not express yourself. Control of emotions means that we can recognize, understand, and control the emotions we feel. The point is how we manage our emotions, not vice versa, we are controlled and regulated by the emotion. By controlling emotions, we will be able to do things better. Excessive Emotions tend to drain our energy so we feel more tired, and also make it hard to think well.
4. Be (proud of) yourself.
To be able to lead yourself, other important thing is how we want to be yourself, and also proud of ourselves. Once we know who we are, the next thing to do is be proud of ourselves, so we do not have to pretend to be someone else.
The initial steps can be taken to be yourself is to believe no one is perfect in this world. What we can do is always give the best at every opportunity, not a person who's perfect. If it has to do, then the next step is always proud of whatever we do, whatever the outcome. Because we have given the best and maximum effort in everything we do.
Next, let not glorifying the others, but pride in your strengths and our potential. Believe that each of us is created with different talents. Our task is to develop these talents, not just admire the talents of others. Lastly, delete the ideal standards that we create in our own minds. Ideal standard that we make usually make us feel not satisfied with myself, and continuously pursue the ideal of these. Do not constantly compare ourselves to other people who we think is ideal. To care for ourselves.
5. Give rewards for yourself.
Everyone likes praise, rewards, or even a pat on the shoulder while successfully doing something. A good leader should always give awards to members of the group who managed to do something, just as if we lead ourselves.
As a leader, we usually easier to provide awards and rewards to others than to ourselves. We tend to be tougher on ourselves, we tend to 'force' ourselves to see the shortcomings that we have. This may be because we want to continue to maintain personal motivation. But sometimes we forget that an appreciation and rewards also important given to us.
Reward can bring out the feeling that we do something we want, not just how we force ourselves to do something. Gift rewards to themselves tend to be more effective to reinforce the emergence of behavior we want, instead of 'punishing' us. To implement the system rewards in ourselves, first we have to do is determine a benchmark or target of what we want to do, the next new set rewards what is appropriate for ourselves.
Reward for yourself can be given in the form of traveling outside the city, going to the movies, go to the salon to spa, relaxation with a massage at the health place, buy something related to the hobby, and others.
6. Forgive yourself.
In addition to providing award or rewards to yourself, other things we need to do is to forgive yourself when experiencing failure. Please stop blaming yourself for it will only make us feel hopeless and stressed. Give us the opportunity to grow, learn from the mistakes we have made, and accept failure as a learning process. Blaming yourself will only make our minds a dead end, and it is difficult to see the positive side, what have we learned from a mistake. Conversely, when we receive an error that we do as a learning process, then we will tend to be easier to set foot facing the other thing that is in plain sight.
What should be done so that we can forgive yourself? Here are a few:
• Admit mistakes we have made and Relax it happens.
• Focus on the advantages and potentials we have, do not focus on the mistakes that have been done alone.
• Find out what can we learn from failure that we experience.
• Tell me what we experience with people nearby, and hear their views on the failure or error.
• Stop saying "if only ...". Remember that no matter how hard we tried, what has happened can never change. The only thing that can we make for the better is the present and future. So keep in mind yourself, "I'll pay for a mistake / failure at the next opportunity."

Menjadi ‘Leader’ untuk Diri Sendiri

Menjadi ‘Leader’ untuk Diri Sendiri

Seorang ‘leader’ atau pemimpin adalah seseorang yang memimpin, baik di sebuah organisasi, perusahaan, ataupun dalam komunitas kelompok tertentu. Menjadi seorang ‘leader’ untuk diri kita sendiri tidaklah sulit. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan, agar kita dapat memimpin diri kita dengan baik. Berikut beberapa hal tersebut:
1. Kenali diri kita.
Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang mengenal dengan baik anggota kelompoknya. Menjadi pemimpin yang baik untuk diri sendiri berarti mengenal diri kita dengan baik. Tanyakan kepada diri sendiri, siapakah aku? Apa kelebihanku? Apa kekuranganku? Apa tujuan hidupku? Cobalah terus untuk memberikan pertanyaan kepada diri sendiri. Jangan berhenti jika kita telah mendapatkan jawabannya. Jangan berpuas diri, melainkan teruslah bertanya dan bertanya. Jika suatu saat kita mengalami kebuntuan dalam menjawab pertanyaan, coba terus menggali sampai ke dalam, dan temukan jawabannya.
Mengenal diri kita adalah hal yang paling dasar jika kita mau memimpin diri sendiri. Mengapa? Jika seorang pemimpin memimpin sebuah kelompok, namun tidak mengenal pribadi anggotanya, maka ia akan kesulitan untuk bekerja sama dengan mereka. Sama halnya dengan memimpin diri sendiri. Jika kita tidak tahu siapa diri kita, kelebihan dan kekurangan kita, dan apa yang kita inginkan, maka kita pun akan kesulitan untuk memimpin diri kita.

2. Buat aturan untuk diri sendiri.
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, aturan dibuat agar setiap anggotanya tetap berjalan pada koridor dan tujuan organisasi atau perusahaan. Seorang pemimpin yang baik tentunya dapat membuat dan mengikuti aturan yang telah disepakati bersama. Begitu pula halnya dengan aturan untuk diri sendiri. Aturan untuk diri sendiri dibuat khususnya agar kita dapat menjaga keharmonisan dan keseimbangan mental dan emosi kita.
Contoh-contoh aturan untuk diri sendiri yang dapat diterapkan:
• Saya harus peduli dan memperhatikan diri saya, sama seperti saya peduli dan perhatian dengan orang lain.
• Saya tidak harus selalu berkata ‘ya’ terhadap semua permintaan yang diajukan orang lain, atau merasa bersalah ketika berkata ‘tidak’.
• Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. berusahalah untuk memberikan yang terbaik.
• Saya memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat oleh orang lain.
Aturan-aturan ini merupakan hal-hal sederhana yang biasanya kita lupakan dengan berbagai alasan. Misalnya, ingin menyenangkan orang lain, ingin sempurna, dan takut merasa bersalah.
3. Kendalikan emosi.
Dalam hubungannya dengan memimpin diri sendiri, mengendalikan emosi adalah salah satu hal yang penting untuk dilakukan. Pengendalian emosi erat kaitannya dengan pengendalian diri. Jika kita dapat mengendalikan diri, dengan bijaksana mengeluarkan emosi-emosi yang kita rasakan, maka kita sudah berhasil menjadi pemimpin untuk diri sendiri.
Emosi pada dasarnya adalah sebuah dorongan untuk bertindak, yang mendorong seseorang untuk merespons atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Pengendalian emosi bukan berarti berhenti merasa atau pun tidak mengekspresikan diri Anda. Pengendalian emosi berarti kita bisa mengenali, memahami, dan mengendalikan emosi yang kita rasakan. Intinya adalah bagaimana kita mengatur emosi kita, bukan sebaliknya, kita yang dikuasai dan diatur oleh emosi tersebut. Dengan mengendalikan emosi, kita akan bisa mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Emosi yang berlebihan cenderung akan menguras energi kita sehingga kita merasa lebih cepat lelah, dan juga membuat kita sulit berpikir dengan baik.
4. Be (proud of) yourself.
Untuk dapat memimpin diri sendiri, hal penting lainnya adalah bagaimana kita mau menjadi diri sendiri, dan juga bangga terhadap diri kita. Setelah kita mengenal siapa diri kita, hal yang selanjutnya perlu dilakukan adalah bangga terhadap diri sendiri, sehingga kita tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain.
Langkah awal yang dapat dilakukan untuk menjadi diri sendiri adalah meyakini tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Yang dapat kita lakukan adalah selalu memberikan yang terbaik pada setiap kesempatan, bukan menjadi sosok yang sempurna. Jika itu telah kita lakukan, maka langkah selanjutnya adalah selalu bangga dengan apapun yang kita lakukan, apapun hasilnya. Sebab kita telah memberikan usaha yang terbaik dan maksimal di setiap hal yang kita kerjakan.
Selanjutnya, janganlah terlalu mengagung-agungkan orang lain, tapi banggalah dengan kelebihan dan potensi yang kita miliki. Percayalah bahwa masing-masing dari kita diciptakan dengan talenta yang berbeda-beda. Tugas kita adalah mengembangkan talenta tersebut, bukan hanya mengagumi talenta orang lain. Yang terakhir, hapuslah standar-standar ideal yang kita ciptakan dalam pikiran kita masing-masing. Standar ideal yang kita buat biasanya membuat kita merasa tidak puas akan diri sendiri, dan terus menerus mengejar ke-ideal-an tersebut. Jangan terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain yang kita anggap ideal. Sayangilah diri kita sendiri.
5. Berikan reward untuk diri sendiri.
Semua orang menyukai pujian, penghargaan, atau bahkan sebuah tepukan di pundaknya saat berhasil melakukan sesuatu. Seorang pemimpin yang baik seharusnya selalu memberikan penghargaan kepada anggota kelompok yang berhasil melakukan sesuatu, sama halnya jika kita memimpin diri sendiri.
Sebagai seorang pemimpin, kita biasanya lebih mudah memberikan penghargaan dan reward kepada orang lain daripada kepada diri kita sendiri. Kita cenderung bersikap lebih keras terhadap diri sendiri, kita cenderung terus ‘memaksa’ diri kita dengan melihat kekurangan yang kita miliki. Hal ini mungkin karena kita ingin tetap terus menjaga motivasi pribadi. Tetapi terkadang kita lupa bahwa sebuah penghargaan dan reward juga penting diberikan kepada diri kita.
Reward dapat memunculkan perasaan bahwa kita melakukan sesuatu yang kita inginkan, bukan hanya sekedar bagaimana kita memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu. Pemberian reward kepada diri sendiri cenderung lebih efektif untuk memperkuat munculnya perilaku yang kita inginkan, daripada ‘menghukum’ diri kita. Untuk menerapkan sistem reward pada diri kita, pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan tolak ukur atau target mengenai apa yang ingin kita lakukan, baru selanjutnya menentukan reward apa yang pantas untuk diri kita.
Reward untuk diri sendiri dapat diberikan dalam bentuk berlibur ke luar kota, menonton film di bioskop, pergi ke salon untuk spa, relaksasi dengan pijit di tempat kesehatan, membeli sesuatu yang berkaitan dengan hobby, dan lain-lain.
6. Maafkan dirimu.
Selain memberikan penghargaan atau reward kepada diri sendiri, hal lain yang perlu kita lakukan adalah memaafkan diri sendiri bila mengalami kegagalan. Berhentilah menyalahkan diri sendiri karena itu hanya akan membuat kita merasa putus asa dan stress. Berikanlah kesempatan kepada diri kita untuk berkembang, belajar dari kesalahan yang telah kita buat, dan menerima kegagalan sebagai proses belajar. Menyalahkan diri sendiri hanya akan membuat pikiran kita buntu, dan sulit untuk melihat sisi positif, apa yang telah kita pelajari dari sebuah kesalahan. Sebaliknya, ketika kita menerima sebuah kesalahan yang kita lakukan sebagai sebuah proses belajar, maka kita akan cenderung lebih mudah untuk melangkahkan kaki menghadapi hal lain yang ada di depan mata.
Apa saja yang harus dilakukan agar kita dapat memaafkan diri sendiri? Berikut beberapa diantaranya:
• Akui kesalahan yang telah kita buat dan relakan hal itu terjadi.
• Fokuslah pada kelebihan dan potensi yang kita miliki, jangan terfokus kepada kesalahan yang telah dilakukan saja.
• Carilah apa yang dapat kita pelajari dari kegagalan yang kita alami.
• Ceritakan apa yang kita alami dengan orang terdekat, dan dengarkanlah pandangan mereka mengenai kegagalan atau kesalahan tersebut.
• Berhentilah berkata “seandainya…”. Ingatlah bahwa sekeras apapun kita mencoba, apa yang telah terjadi tidak pernah dapat kita ubah. Satu-satunya yang dapat kita buat untuk menjadi lebih baik adalah masa kini dan masa depan. Jadi camkanlah pada diri sendiri, “saya akan membayar kesalahan / kegagalan ini di kesempatan berikutnya”.
• Beranilah untuk kembali melangkahkan kaki kembali. Kegagalan / kesalahan bukanlah akhir dari dunia. Masa kini dan masa depan selalu menanti di depan kita. Keraguan untuk kembali melangkah hanya akan menghambat kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi.

Selasa, 26 April 2011

TIPS MENGHILANGKAN RASA MALAS BELAJAR



Tugas sekolah/kuliah kalian masih numpuk? Mana besok ada ujian lagi terus ada pretest buat praktikum, mana hafalan slide sejibun. Baru slide pertama saja sudah bosan, mau membaca tapi mata mengantuk akhirnya nggak jadi deh, semuanya pada dicuekin. Kok jadi malas ya? Nah, yang menjadi pertanyaan bagaimana cara mengusir rasa malas dalam belajar? Di bawah ini ada beberapa tips yang insya Allah bisa membantu, semoga bermanfaat:
Pertama, berwudhulah, karena dengan berwudhu secara langsung kamu juga akan membasuh wajah dan menyegarkan kembali aura wajahmu yang tadinya ngantuk, kalau bisa mandi sekalian terus wudhu.
Kedua, menghirup udara pelan-pelan melalui hidung kemudian menghembuskannya lewat mulut dengan cara berdiri untuk menambah kesegaran dan ketenangan.
Ketiga, memulai dengan membaca Ta’awudz dan Basmallah, semoga pekerjaan kita baik membaca atau menyelesaikan tugas tidak diganggu oleh syeitan dan akan diberkahi oleh Allah. Hal ini supaya aktivitas bernilai ibadah.
Keempat, ada saatnya untuk mengubah posisi, misalkan posisi duduk ketika membaca. Ataupun bisa jadi dari posisi duduk berubah menjadi berdiri, namun jangan sampai dari duduk terus berbaring, kemungkinan besar bisa ketiduran.
Kelima, berpindah dari ruang satu ke ruang lainnya. Bisa saja disiasati seperti berpindah dari kamar ke beranda ruang tamu atau bahkan ke dapur dan ke luar rumah untuk sesekali memandang alam.
Keenam, membuat sesuatu yang menyegarkan, contohnya saja seperti membuat minuman teh, kopi atau jus bahkan kue-kue kecil untuk menghilangkan rasa bosan dan menjernihkan pikiran.
Ketujuh, ketika sudah selesai, ucapkanlah Hamdallah dan berdoa kepada Allah semoga apa yang baru saja dikerjakan tadi bermanfaat untuk hari esok dan hari yang akan datang.
Itu beberapa tips agar kita terjauh dari sifat malas. Oo iya, jangan lupa juga kita harus berdoa meminta kepada Allah agar senantiasa diberikan semangat dan keistiqomahan dalam beribadah. Aamiin.
Belajar yuuk!

Solusi Aman adalah dari Hardware

Solusi Aman adalah dari Hardware
Hardware adalah perangkat yang riil dalam komputer, terdiri dari pelbagai komponen elektronika yang terhubung dengan tembaga dalam papan tercetak (PCB). Dari sini bisa dilihat hardware merupakan komponen fisik yang paten, maksudnya tidak dapat diupdate kecuali dengan membeli yang baru. Hardware juga tidak dapat bekerja tanpa adanya perintah (command). Inilah fungsi software yaitu perangkat non-riil komputer, jadi software adalah program yang bertugas memerintahkan hardware. Seperti halnya Ruh yang ada dalam tubuh mahkluk hidup. Berarti komputer adalah System otak tiruan, berenergi listrik dengan basic elektronika.
Dalam perkembangan teknologi awalnya komputer tercipta dengan kemajuan elekronika untuk memenuhi kebutuhan manusia, dengan komputer dapat menciptakan produk-produk lain yang semakin rumit. Software mengikuti arus perkembangan dari hardware. Sekarang kebutuhan dan keinginan manusia semakin kompleks. Adanya hardware maka manusia menciptakan software yang sesuai. Namun sekarang harwardelah yang berusaha diciptakan untuk mengejar keinginan manusia akan kebutuhanya.
Banyaknya pengguna komputer yang sudah merasakan mudahnya dengan menggunakan teknologi baik dari orang2 yang mempunyai aturan maupun yang tidak. Hacker adalah hanya orang2 yang mengerti bahasa program karena bahasa program dibuat dengan logika dan matematika. program juga hanya berjalan dengan Operating Sistem. Jadi pembuat OS adalah hacker handal karena dia pencipta OSnya :-)
Teknologi Informasi sekarang merambah lebih dalam lagi dalam pelbagai sektor, didalam blog ini topik Manajemen teknologi informasi sudah hampir merambah pada teknik otomatisasi data penting dalam segala kegiatan. Namun ketakutan terhadap bahaya program masih menjadi nomor satu. Teknologi dan Budaya seperti sebilah mata pisau yang pemanfaatanya tergantung dari penggunanya.
Undang2 mungkin masih belum bisa mengatur ketertiban pengguna teknologi komputerisasi ini. Sementara ini security dalam basic networking masih menggunakan software, jadinya program dilawan program. Sesuai dengan judul saya diatas maka sebaik2nya security menggunakan basic hardwarenya. Seperti halnya penggunaan chip tersendiri untuk pengaksesan antar komputer. Pengandaian contoh layaknya handphone dengan SimCardnya, dimana nomor setiap client sudah patent dan tidak bisa disusupi oleh client lain kecuali dengan ijin yang punya. Hardware terbaru saat ini menggunakan bit untuk decoder atau endcoder password sandi kunci. jadi komputer support 256bit sulit (lama) ditembus yang 64bit. (www.jasakom.com, www.astalavista.com)
Nah rekan2 semua pengguna komputer jaringan untuk keperluan kegiatan SIM tinggal menunggu produk hardware yang bertugas untuk ini.. yang masih dipikirkan para ahli Elektronika :-) tapi itu bukan akhir masalah, ada tesis maka akan ada antitesis dan akan perbaruan tesis yang akan ada antitesis dst.

Senin, 25 April 2011

Internet, Fungsi dan Perannya

Internet, Fungsi dan Perannya
Definisi
Beribcara tentang internet, tentunya belum lengkap jika kita tidak mengetahui terlebih dahulu definisi dari internet tersebut. Menurut beberapa sumber yang ada, ada beberapa pengertian internet yang bisa dijadikan sebagai bahan referensi, misalnya :
  1. internet sebagai jaringan yang terhubung dalam internet protocol (IP) secara luas mencapai seluruh dunia.
  2. internet (inter-network) sebagai sejumlah jaringan fisik yang saling terhubung dengan protocol yang sama (apa saja) untuk membentuk jaringan logic, selanjutnya disebut sebagai inter-network.
  3. Internet sebagai komunitas jaringan komputer yang memberikan pelayanan http (world wide web). Dibedakan dengan intranet sebagai pelayanan http untuk kalangan terbatas. Pada mulanya pembatasan pada jaring fisik, yaitu LAN, kemudian berkembang termasuk pembatasan secara logis
(http://home.unpar.ac.id/~gatut/pelatihan/sysop-Juni-1999/sysop-11.html)
Sedangkan menurut kamus wikipedia.org, internet diartikan sebagai rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf ‘I’ besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet.
Beberapa pengertian dasar di atas, pada umumnya mengacu pada satu pengertian, yakni, bahwa internet merupakan sebuah rangkaian komputer yang saling terhubung antara yang satu dengan lainnya melalui koneksi jaringan tertentu sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran data dan informasi.
Sejarah lahirnya internet cukup panjang sehingga melahirkan internet yang berkembang saat ini.
  • Dimulai pada tahun 1964 dikeluarkan proposal RAND yang intinya membentuk jaringan yang sifatnya tidak terpusat pada satu tempat dan tetap berfungsi sekalipun dalam keadaan hancur.
  • Proposal ini diilhami oleh munculnya NET di awal tahun 1960-an. Pada tahun 1969 empat buah IMP (Interface Message Processor) dikirimkan ke empat perguruan tinggi yaitu, UCLA, SRI (Standart Research Institute), UCSB (University of California Santa Barbara) dan University of Utah. Jaringan ini kemudian disebut ARPANET yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal internet.
  • Pada tahun 1972, ARPANET didemonstrasikan di depan peserta the First International Conference on Computer Communication dengan menghubungkan 40 node.
  • Pada tahun 1979, tercatat sebagai tahun berdirinya USENET yang pada awalnya menghubungkan Universitas Duke dan UNC.
  • Pada tanggal 01 Januari 1983, ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya, dari NCP (Network Communication Protocol) ke TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol). Ini merupakan awal dari Internet yang kita kenal hari ini.
  • Pada tahun 1987, berdiri UUNET yang merupakan salah satu provider utama Internet, tercatat pada tahun tersebut jumlah host melewati angka 10.000.
  • Pada tahun 1989, perkembangan Internet menjadi meluas sampai menjangkau Australia dan Slandia Baru
  • Pada sekitar 1990-an, Internet telah berkembang dan menyambungkan kebanyakan pengguna jaringan-jaringan komputer yang ada di seluruh dunia.
Fungsi Internet
Kemajuan dibidang teknologi khususnya dunia internet memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi jarak jauh, mengirimkan paket data dalam waktu singkat dan cepat, tanpa harus mendatangi tempat yang dimaksudkan. Pencarian berita dan informasi menjadi salah satu fungsi penting yang utama dalam dunia internet. Betapa tidak, ribuan bahkan jutaan orang dengan sukarela mengupload data dan informasi setiap saat dari berbagai belahan dunia, sehingga bisa langsung dibaca dan dinikmati oleh seluruh umat manusia.
Dewasa ini kemajuan teknologi internet telah merambah ke segala bidang kehidupan, mulai dari bidang bisnis, hiburan, budaya dan bahkan pendidikan. Kita semakin dipermudah dengan adanya teknologi yang satu ini. Internet sejak perkembangan pertamanya telah merubah tatanan dan budaya hampir sebagian manusia diberbagai penjuru dunia. Meninggalkan segala pekerjaan yang bersifat manual dan mulai beralih kepada dunia digital (dalam hal ini internet).
Fungsi internet pun semakin mengalami perluasan dari yang hanya sebagai pengirim data dan informasi pada awalnya, menjadi semakin berkembang mengikuti bidangnya masing-masing. Itulah Internet, sebuah dunia yang sanggup mengubah dunia hanya dengan duduk dalam sebuah ruangan kecil. Sungguh ajaib.
Internet Untuk Pendidikan
Sebelum adanya internet, dunia pendidikan berkembang lambat dan hampir stagnan. Pertukaran informasi antara satu institusi pendidikan dengan yang lainnya membutuhkan waktu yang lama dan terkadang ketika informasi tersebut sampai, sudah kadaluarsa. Ditinjau dari fungsinya, internet bagi dunia pendidikan berperan sebagai :
  1. Akses ke sumber informasi. Perpustakaan konvensional yang merupakan satu-satunya sumber informasi dalam dunia pendidikan memang memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan terutama di sekolah dan tempat perkuliahan, akan tetapi, semua itu memerlukan biaya yang tidak sedikit, pembelian jurnal dan buku-buku baru serta artikel-artikel penunjang, menjadikan perpustakaan konvensional terkadang kesulitan untuk berkembang. Dengan masuknya dunia internet dalam dunia pendidikan, kesemua itu dengan mudah dapat teratasi dengan membuat sebuah perpustakaan digital. Akses ke sumber informasi menjadi tak terbatas dan biaya penyediaan jurnal serta buku-buku terbaru bisa sedikit dikurangi. Ruang yang dipakai tidak terlampau memakan tempat serta perawatan yang cukup mudah.
  2. Akses langsung ke pakar. Melalui koneksi internet, seorang siswa atau mahasiswa tidak mempunyai batasan untuk bisa berkomunikasi secara langsung dengan pakar tertentu tanpa harus menemuinya. Misal seorang mahasiswa di kalimantan, dapat berkomunikasi atau berkonsultasi secara langsung dengan pakar teknologi di jakarta tanpa harus mendatangi jakarta.
  3. Media Kerja sama. Kolaborasi dan hubungan kerjasama antara pihak-pihak pengelola institusi pendidikan terkait dapat terjalin dengan lebih mudah, murah, efisien dan cepat.

Referensi :
  1. Raharjo, Budi, 2001, Internet Untuk Pendidikan,PPAUI Mikroeletronika ITB
  2. http://stikom-pti2007-kelompok9.blogspot.com

ATM

ATM
I. Apakah ATM itu ? Karakteristik
ATM adalah sebuah pensaklar, connection-oriented lokal dan teknologi jaringan wilayah yang menyediakan sebuah komunikasi kecepatan tinggi untuk pengguna yang sebenarnya tak terbatas. ATM didefinisikan dengan sebuah standard antarmuka dari kumpulan switch yang ditetapkan oleh International and Telephone Consultive Committee (CCITT, sekarang disebut ITU).
Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan salah satu platform teknologi jaringan dan infrastruktur komunikasi yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan koneksi antara lain LAN (Local Area Network), WAN (Wide Area Network) dan MAN (Metropolitan Area Network). Teknologi ATM memungkinkan semua jenis data (suara, data dan video) bisa alirkan melalui satu jaringan telekomunikasi.
Standard ini (ATM) memberikan keuntungan:
• Antarmuka lebih dispesifikasikan daripada arsitektur internal atau seluk-beluk pelaksanaannya. Pendekatan ini mempertahankan kemampuan beroperasi antar peralatan vendor-vendor yang berlainan, memberikan fleksibelitas untuk mempertinggi waktu kerja produk.
• Standard yang sama dapat digunakan untuk LAN dan WAN, pelaksanaan dari ATM. ATM memberikan integrasi tanpa layer kecepatan tinggi dari LAN dan WAN.
• ATM mengijinkan pengelola jaringan untuk mendesain jaringan dengan efisiensi yang tinggi, fleksibel, kemampuan memetakan
Sedangkan karakteristik dari jaringan ini adalah :
• Paket ATM dan pengiriman informasi dalam 53 byte, format sel yang tertentu, tak tergantung dari kecepatan link (mata rantai hubungan) atau tipe media yang harus dilewati atau aplikasi yang dibawa.
• ATM dapat dioperasikan pada kecepatan yang berbeda (contoh, 155 Mbps atau 45 Mbps) dan dapat bekerja pada tipe media yang berbeda (seperti serat optik multimode, single-mode dan STP dan UTP kabel). Jadi antarmuka ini bisa digabungkan dengan antarmuka yang lain dalam satu jaringan.
Berdasarkan karakteristik diatas, berarti ATM cocok untuk lingkungan dengan wilayah yang besar (seperti interkoneksi perlengkapan dekstop, backbone untuk LAN kampus, dan WANs) dan dapat digunakan untuk membawa bermacam-macam aplikasi yang besar (seperti, suara, gambar, dan data). ATM memberikan solusi terbaik untuk jaringan yang membutuhkan kecepatan tinggi, latency yang rendah, pendukung aplikasi yang fleksibel.
Dari data – data tersebut ATM mempunyai kemampuan yang hebat, diantaranya :
1) Mendukung layanan untuk semua jenis aplikasi yang ada saat ini dan perkembangan apliksdi di masa datang
2) Memberikan utilisasi sangat tinggi terhadap sumberdaya jaringan
3) Mengurangi kompleksitas pada switching
4) Mengurangi waktu proses pada node perantara dan mendukung transmisi berkecepatan sangat tinggi.
5) Mengurangi besar buffer yang diperlukan pada node perantara untuk menghindari delay dan kompleksitas pengaturan buffer
6) Menjamin performansi yang dibutuhkan oleh aplikasi saat ini maupun pengembangannya di masa datang.
II. Arsitektur ATM
ATM memiliki protokol yang didasarkan pada standarisasi ISDN Ptotocol Reference Model (ISDN PRM) []. Model referensi protokol ATM ini terdiri dari tiga layer sebagai berikut:
• The physical layer (PHY) berfungsi mendifinisikan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan media dan transmisi bit.
• The ATM layer (ATM) berfungsi untuk mendefinisikan format sel dan bagaimana mentransmisikan sel-sel tersebut dari satu titik ke titik lainnya.