WELCOME IN Miza Blog !!!
Comitment - Piety - Knowledge - Integrity -Innovative

Rabu, 04 Mei 2011

URGENSI PAUD DALAM PENDIDIKAN PRA SEKOLAH

Disahkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang secara eksplisit mencantumkan tentang Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD (Pasal 28), menunjukkan adanya komitmen bangsa Indonesia untuk menempatkan pendidikan anak usia dini sebagai bagian penting dalam penyiapan sumber daya manusia di masa mendatang.
Perlu disadari bahwa kondisi sumber daya manusia Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan. Salah satu indikatornya adalah menurunnya Human Development Index (HDI), dari rangking 104 di tahun 1995 menjadi rangking 111 dari 177 negara pada tahun 2004 (Mardiya, 2006: 18). Sebagaimana diketahui, HDI atau lebih dikenal sebagai Indek Pembangunan Manusia diukur dengan mempersandingkan 4 indikator, yakni usia harapan hidup, persentase melek huruf dewasa, rata-rata lama menempuh pendidikan dan pengeluaran per kapita. Dari sini jelas tampak bahwa aspek kesehatan dan pendidikan sangat menentukan mutu sumber daya manusia.
Menurut Fasli Jalal (2003: 14) jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta aksara mencapai 18,7 juta orang, yang berasal dari 900.000 orang DO sekolah dasar per tahun dan sisanya mereka yang memang tidak sekolah sejak awal karena alasan geografis dan ekonomi. Sedikitnya jumlah lembaga pendidikan anak usia dini ikut menyumbang bertambahnya penduduk buta huruf, dimana per tahun terdapat sebanyaknya 200.000 – 300.000 orang DO SD kelas I – III sebagai akibat ketidaksiapan memasuki pendidikan dasar.
Hakikat Anak Usia Dini
Kajian dari berbagai sudut pandang medis-neurologis, psikososial-kultural, dan pendidikan mengimplikasikan suatu pandangan yang komprehensif tentang anak usia dini. Secara singkat kajian tersebut menyimpulkan bahwa anak usia dini (sejak lahir hingga 6 tahun) adalah sosok individu makhluk sosial kultural yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik tertentu (Ishak Abdulhak, 2003: 23).
Sebagai individu, anak usia dini adalah suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik. Sebagai makhluk sosio-kultural, ia perlu tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan sosial tempat ia hidup dan perlu diasuh dan dididik sesuai dengan nilai-nilai sosio-kultural yang sesuai dengan harapan masyarakatnya.
Menurut Hibana S Rahman (2004: 4) anak usia dini mengalami suatu proses perkembangan yang fundamental dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan perkembangan yang membekas dan berjangka lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya. Ia memiliki sejumlah potensi baik potensi fisik-biologis, kognisi maupun sosio-ekonomi. Ia adalah individu yang sedang mengalami proses perkembangan sangat pesat serta merupakan pembelajar yang aktif dan energik.
Urgensi Pendidikan Anak Usia Dini
Para ahli psikologi perkembangan sepakat usia dini (0-4 tahun) adalah sebagai “the golden age” atau masa emas dalam tahap perkembangan hidup manusia. Dikatakan sebagai masa emas, karena pada masa ini tidak kurang dari 100 miliar sel otak siap untuk distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat berkembang secara optimal di kemudian hari. Dalam banyak penelitian menunjukkan, kecerdasan anak usia 0-4 tahun akan terbangun 50 persen dari total kecerdasan yang akan dicapai pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4 tahun pertama adalah masa-masa paling menentukan dalam membangun kecerdasan anak dibandingkan masa-masa sesudahnya. Artinya, nilai pada usia tersebut anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka potensi tumbuh kembang anak tidak akan teraktualisasikan secara optimal (Sutaryati, 2006: 10).
Menurut Hibana S Rahman (2005: 5) anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, atas kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Gambaran di atas menunjukkan betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk anak-anak kita. Kalau dulu banyak orang beranggapan bahwa pendidikan untuk anak hanya akan efektif bila dimulai dari usia TK atau SD, maka persepsi tersebut harus diluruskan. Karena pendidikan anak yang dimulai dari TK atau SD sebenarnya sudah ketinggalan kereta. Pendidikan terhadap anak sebaiknya dilakukan sejak anak usia 0 tahun atau bahkan sejak dalam kandungan. Hanya saja yang perlu diperhatikan, menu pendidikan yang diberikan pada anak dalam rentangan PAUD (0-6 tahun) tidak dibenarkan seperti anak usia sekolah dengan diajak menulis dan berhitung, akan tetapi lebih pada pengenalan angka dan huruf. Oleh sebab itu, mereka cukup diberikan menu pendidikan sederhana yang diramu dalam bentuk permainan menyenangkan namun tetap efektif guna merangsang tumbuh kembang anak, baik fisik maupun non fisik.
Dengan demikian, dipandang dari sudut medis-neurologis, psikososiokultural dan edukatif dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan hal yang sangat esensial. Secara medis-neurologis, PAUD sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan struktur dan fungsi otak anak sehingga dapat memberikan pengaruh yang menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian anak selanjutnya. Mendukung pemikiran ini, secara psiko-edukatif masa usia dini juga dipandang sebagai masa kritis bagi perkembangan intelektual, kepribadian dan perilaku sosial manusia sehingga rangsangan-rangsangan pada saat itu mempunyai dampak yang lama terhadap diri seseorang. Pengalaman pendidikan dipandang sebagai suatu yang berkesinambungan sehingga pengalaman pendidikan pada masa dini akan melandasi proses dan hasil penelitian selanjutnya.
Secara lebih luas dari aspek sosio-kultural, PAUD dapat merupakan suatu realisasi dari hak anak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Melalui PAUD, pewarisan nilai-nilai masyarakat dapat dilakukan sehingga dapat menyiapkan anak sebagai generasi penerus untuk masa depan. Bahkan secara ekonomik, PAUD dapat merupakan investasi bagi masa depan karena anak yang terdidik dan berkembang baik secara ekonomis akan menguntungkan pada masa yang akan datang. Begitupun, perubahan struktur dan fungsi keluarga, khususnya di daerah-daerah perkotaan, menuntut pelayanan PAUD lebih dilembagakan.
Tujuan dan Fungsi
PAUD dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak usia dini agar ia dapat tumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma dan harapan masyarakat. Sesuai dengan aspek perkembangan dan kehidupan anak selanjutnya, menurut Ishak Abdulhak (2003: 26) PAUD memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : (1) Pengembangan segenap potensi anak; (2) Penanaman nilai-nilai dan norma-norma kehidupan; (3) Pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan; (4) Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar, serta (5) Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.
Tujuan dan fungsi PAUD yang dasar pendiriannya adalah SK Mendiknas Nomor 051/0/2001 tanggal 19 April 2001 berkaitan erat dengan visi dan misi dari PAUD itu sendiri. adapun visi dan misi dari PAUD adalah sebagai berikut :
Visi : Terwujudnya anak usia dini yang sehat cerdas dan ceria.
Misi : 1. Mengupayakan pemerataan pelayanan, peningkatan mutu dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dini.
2. Mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan usia dini.
Agar tujuan dan fungsi PAUD dapat tercapai, maka ada 4 prinsip yang harus dipegang dalam penyelenggaraan PAUD : Pertama, holistik dan terpadu. PAUD dilakukan dengan terarah ke pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak serta dilakukan secara terintegrasi dalam suatu kesatuan program utuh dan proporsional. Kedua, berbasis keilmuan. Prinsip ini mengandung arti bahwa praktek pendidikan anak usia dini yang tepat perlu dikembangkan berdasarkan temuan-temuan mutakhir dalam bidang keilmuan yang relevan. Ketiga, berorientasi pada perkembangan anak. PAUD dilaksanakan sesuai karakteristik dan tingkat pendidikan anak sehingga proses pendidikannya bersifat tidak terstruktur, informal, emergen dan responsive terhadap perbedaan individual anak, serta melalui aktivitas langsung dalam suasana bermain. Keempat, berorientasi masyarakat. Mengingat anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus menjadi generasi penerus dari masyarakat yang bersangkutan, maka PAUD hendaklah berlandaskan dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai sosio-kultural yang berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Lebih lanjut, prinsip ini juga mempersyaratkan perlunya PAUD untuk memanfaatkan potensi lokal, baik itu berupa keragaman sosial budaya maupun berupa sumber-sumber daya potensial yang ada di masyarakat setempat.
Tantangan dan Permasalahan
PAUD dengan urgensinya dalam beberapa tahun terakhir, semakin popular. Kalangan perguruan tinggi, pelaku pendidikan dan pejabat serta masyarakat luas tampaknya mulai akrab dengan PAUD, sekalipun dapat dipastikan bahwa tingkat pengertian mereka tentang PAUD berbeda-beda. Meningkatnya popularitas PAUD menurut Dedi Supriadi (2003: 97) antara lain berkat sosialisasi yang gencar yang dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya Ditjen Diklusepa melalui Direktorat PAUD, perguruan tinggi yang memiliki program Pendidikan Guru TK (PGTK), Forum PAUD, dan berbagai departemen/instansi yang turut menangani PAUD serta publikasi melalui media massa.
Namun demikian, walaupun popularitasnya meningkat, PAUD masih harus menghadapi sejumlah tantangan dan permasalahan sebelum mencapai hasil seperti yang diharapkan semua pihak. Tantangan dan permasalahan tersebut antara lain :
Pertama, meskipun penanganan anak perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu, namun hingga saat ini belum ada suatu sistem yang menjamin keterpaduan kebijakan dan program dalam penanganan anak usia dini. Di tingkat ini lapangan kelompok BKB, TPA maupun Kelompok Bermain sudah dilakukan. Namun mengingat belum ada keterpaduan kebijakan lintas sektor yang jelas di tingkat pusat, hasil yang dicapai belum optimal.
Kedua, anak usia dini (0-6 tahun) merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari keseluruhan populasi sensus 2000) sementara di pihak lain, kapasitas pemerintah dalam penyelenggaraan PAUD sangat minim. Akibatnya, masih terlalu banyak anak usia dini yang belum mendapat layanan PAUD. Menurut Fasli Jalal (2003: 37), sampai dengan tahun 2001 jumlah anak usia 0-6 tahun yang belum terlayani diperkirakan 19 juta anak (73% dari keseluruhan populasi anak). Di Kabupaten Kulon Progo kondisinya juga tidak jauh berbeda. Berdasarkan data dari subdin PLS, saat ini Kulon Progo memiliki sekitar 11 kelompok PAUD yang terdiri dari PAUD rintisan, PAUD yang dipadukan dengan kelompok BKB, TPA, dll sehingga cakupannya masih sangat rendah. Beruntung perkembangan TK di Kulon Progo cukup pesat sehingga memperluas akses anak untuk mendapat pendidikan sekolah, namun jika dilihat dari rentang usia yang tertangani, pendidikan melalui TK belum terjangkau semua kelompok umur sasaran PAUD.
Keempat, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengikutkan putra-putrinya dalam program PAUD. Banyak keluarga yang masih beranggapan bahwa anak usia dini cukup dididik di rumah saja. Dampaknya, penyelenggaraan PAUD di lapangan belum menarik minat semua keluarga yang menyebabkan cakupannya belum tinggi.
Upaya mengatasi tantangan dan permasalahan yang ada selain perlu dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyuluhan/pembinaan ke masyarakat tentang perlunya PAUD, pemerintah juga perlu meningkatkan keterpaduan lintas sektor dengan dukungan dana yang memadai. Kader yang mengelola PAUD pun perlu dibina secara intensif melalui program pelatihan, orientasi, diskusi atau studi banding ke daerah lain yang kegiatan PAUD nya sudah berjalan baik.
Penumbuhkembangan PAUD di wilayah-wilayah yang terjangkau oleh TK atau PAUD sejenis juga perlu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti jumlah sasaran, ketersediaan tempat dan dukungan sarana, keberadaan kades dan sebagainya sehingga cakupan sasarannya meningkat.
Tentu masih banyak strategi untuk mengatasi tantangan dan permasalahan di atas, namun upaya-upaya tersebut di atas sudah cukup efektif sepanjang ada kebijakan yang terpadu dan konsisten di tingkat pusat hingga daerah sehingga program ini mendapatkan dukungan masyarakat luas.
Kesimpulan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dipandang dari sudut manapun sangat urgen dalam rangka penyiapan SDM berkualitas di kemudian hari. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di tingkat lini lapangan baik berupa rintisan maupun yang dipadukan dengan kegiatan lain yang sudah perlu mendapat dukungan semua pihak.
Adapun dengan masih banyaknya tantangan dan hambatan yang dihadapi berkaitan dengan penyelenggaraan PAUD akan dapat dengan mudah sepanjang ada keseriusan dari pihak pemerintah untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang ada. Strategi jitu yang dapat ditempuh adalah dengan keterpaduan lintas sektor serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PAUD tentunya juga harus didukung oleh sarana prasarana yang memadai.
Daftar Pustaka
Dedi Supriadi, 2003, “Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia”. Jurnal PAUD Edisi Khusus 2003.
Fasli, Jalal, 2003, “Kebijakan Makro PAUD di Indonesia.” Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 10 September 2003.
Hibana S. Rahman, 2002, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Penerbit Galah.
Ishak Abdulhak, 2003, “Konseptualisasi dan Pemetaan Tatanan Kebijakan Serta System dan Program Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia”, Hasil rumusan seminar dan lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Pendidikan Indonesia 10-12 September 2003.
Mardiya, 2006, “Pendidikan Kita, Tinjauan ke Depan”. Jurnal Wahana Pendidikan Yogyakarta : UTY.
Sutaryadi, 2006, Urgensi Pendidikan Usia Dini. Nanggulan : TK PGRI Nanggulan.

Rabu, 27 April 2011

Being a 'Leader' for Yourself

Being a 'Leader' for Yourself

A 'leader'Or a leader is someone who leads, either in an organization, company, or in community groups. Being a 'leader'For ourselves is not difficult. There are some things we need to do, so that we can lead ourselves well. Here are some of these:
1. Get to know us.
A good leader is someone who is familiar with the members of the group. Being a good leader for yourself means to know ourselves well. Ask yourself, who am I? What kelebihanku? What flaws? What is my purpose? Try to continue to provide questions to yourself. Do not stop if we have the answer. Do not be complacent, but keep asking and asking. If at any time we get stuck in answering questions, try to continue to dig down to the inside, and find the answer.
Knowing ourselves is the most fundamental if we want to lead ourselves. Why? If a leader leads a group, but did not personally know the members, then he will find it hard to work with them. Similar to lead themselves. If we do not know who we are, our strengths and weaknesses, and what we want, then we will find it hard to lead ourselves.

2. Make rules for yourself.
In an organization or company, the rules are made for each of its members continue to run on the corridor and the goals of the organization or company. A good leader can certainly create and follow rules that have been agreed. Similarly, the rules for yourself. Rules for self-made especially so that we can maintain harmony and balance our mental and emotional.
Examples of rules for yourself that can be applied:
• I need care and attention to myself, just like I care and attention with others.
• I do not have to always say 'yes' to all requests submitted by others, or feel guilty when saying 'no'.
• No one is perfect in this world. try to give you the best.
• I have the right to be treated with respect by others.
These rules are simple things that we usually forget to various reasons. For example, wanting to please others, want to be perfect, and the fear of feeling guilty.
3. Control your emotions.
In conjunction with leading yourself, control your emotions is one important thing to do. Controlling emotion is closely related to self-control. If we can control ourselves, to wisely spend the emotions we feel, we've managed to become a leader for yourself.
Emotion is basically an impulse to act, that encourages a person to respond or act against the existing stimulus. Controlling emotions does not mean cease to feel or even do not express yourself. Control of emotions means that we can recognize, understand, and control the emotions we feel. The point is how we manage our emotions, not vice versa, we are controlled and regulated by the emotion. By controlling emotions, we will be able to do things better. Excessive Emotions tend to drain our energy so we feel more tired, and also make it hard to think well.
4. Be (proud of) yourself.
To be able to lead yourself, other important thing is how we want to be yourself, and also proud of ourselves. Once we know who we are, the next thing to do is be proud of ourselves, so we do not have to pretend to be someone else.
The initial steps can be taken to be yourself is to believe no one is perfect in this world. What we can do is always give the best at every opportunity, not a person who's perfect. If it has to do, then the next step is always proud of whatever we do, whatever the outcome. Because we have given the best and maximum effort in everything we do.
Next, let not glorifying the others, but pride in your strengths and our potential. Believe that each of us is created with different talents. Our task is to develop these talents, not just admire the talents of others. Lastly, delete the ideal standards that we create in our own minds. Ideal standard that we make usually make us feel not satisfied with myself, and continuously pursue the ideal of these. Do not constantly compare ourselves to other people who we think is ideal. To care for ourselves.
5. Give rewards for yourself.
Everyone likes praise, rewards, or even a pat on the shoulder while successfully doing something. A good leader should always give awards to members of the group who managed to do something, just as if we lead ourselves.
As a leader, we usually easier to provide awards and rewards to others than to ourselves. We tend to be tougher on ourselves, we tend to 'force' ourselves to see the shortcomings that we have. This may be because we want to continue to maintain personal motivation. But sometimes we forget that an appreciation and rewards also important given to us.
Reward can bring out the feeling that we do something we want, not just how we force ourselves to do something. Gift rewards to themselves tend to be more effective to reinforce the emergence of behavior we want, instead of 'punishing' us. To implement the system rewards in ourselves, first we have to do is determine a benchmark or target of what we want to do, the next new set rewards what is appropriate for ourselves.
Reward for yourself can be given in the form of traveling outside the city, going to the movies, go to the salon to spa, relaxation with a massage at the health place, buy something related to the hobby, and others.
6. Forgive yourself.
In addition to providing award or rewards to yourself, other things we need to do is to forgive yourself when experiencing failure. Please stop blaming yourself for it will only make us feel hopeless and stressed. Give us the opportunity to grow, learn from the mistakes we have made, and accept failure as a learning process. Blaming yourself will only make our minds a dead end, and it is difficult to see the positive side, what have we learned from a mistake. Conversely, when we receive an error that we do as a learning process, then we will tend to be easier to set foot facing the other thing that is in plain sight.
What should be done so that we can forgive yourself? Here are a few:
• Admit mistakes we have made and Relax it happens.
• Focus on the advantages and potentials we have, do not focus on the mistakes that have been done alone.
• Find out what can we learn from failure that we experience.
• Tell me what we experience with people nearby, and hear their views on the failure or error.
• Stop saying "if only ...". Remember that no matter how hard we tried, what has happened can never change. The only thing that can we make for the better is the present and future. So keep in mind yourself, "I'll pay for a mistake / failure at the next opportunity."

Menjadi ‘Leader’ untuk Diri Sendiri

Menjadi ‘Leader’ untuk Diri Sendiri

Seorang ‘leader’ atau pemimpin adalah seseorang yang memimpin, baik di sebuah organisasi, perusahaan, ataupun dalam komunitas kelompok tertentu. Menjadi seorang ‘leader’ untuk diri kita sendiri tidaklah sulit. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan, agar kita dapat memimpin diri kita dengan baik. Berikut beberapa hal tersebut:
1. Kenali diri kita.
Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang mengenal dengan baik anggota kelompoknya. Menjadi pemimpin yang baik untuk diri sendiri berarti mengenal diri kita dengan baik. Tanyakan kepada diri sendiri, siapakah aku? Apa kelebihanku? Apa kekuranganku? Apa tujuan hidupku? Cobalah terus untuk memberikan pertanyaan kepada diri sendiri. Jangan berhenti jika kita telah mendapatkan jawabannya. Jangan berpuas diri, melainkan teruslah bertanya dan bertanya. Jika suatu saat kita mengalami kebuntuan dalam menjawab pertanyaan, coba terus menggali sampai ke dalam, dan temukan jawabannya.
Mengenal diri kita adalah hal yang paling dasar jika kita mau memimpin diri sendiri. Mengapa? Jika seorang pemimpin memimpin sebuah kelompok, namun tidak mengenal pribadi anggotanya, maka ia akan kesulitan untuk bekerja sama dengan mereka. Sama halnya dengan memimpin diri sendiri. Jika kita tidak tahu siapa diri kita, kelebihan dan kekurangan kita, dan apa yang kita inginkan, maka kita pun akan kesulitan untuk memimpin diri kita.

2. Buat aturan untuk diri sendiri.
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, aturan dibuat agar setiap anggotanya tetap berjalan pada koridor dan tujuan organisasi atau perusahaan. Seorang pemimpin yang baik tentunya dapat membuat dan mengikuti aturan yang telah disepakati bersama. Begitu pula halnya dengan aturan untuk diri sendiri. Aturan untuk diri sendiri dibuat khususnya agar kita dapat menjaga keharmonisan dan keseimbangan mental dan emosi kita.
Contoh-contoh aturan untuk diri sendiri yang dapat diterapkan:
• Saya harus peduli dan memperhatikan diri saya, sama seperti saya peduli dan perhatian dengan orang lain.
• Saya tidak harus selalu berkata ‘ya’ terhadap semua permintaan yang diajukan orang lain, atau merasa bersalah ketika berkata ‘tidak’.
• Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. berusahalah untuk memberikan yang terbaik.
• Saya memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat oleh orang lain.
Aturan-aturan ini merupakan hal-hal sederhana yang biasanya kita lupakan dengan berbagai alasan. Misalnya, ingin menyenangkan orang lain, ingin sempurna, dan takut merasa bersalah.
3. Kendalikan emosi.
Dalam hubungannya dengan memimpin diri sendiri, mengendalikan emosi adalah salah satu hal yang penting untuk dilakukan. Pengendalian emosi erat kaitannya dengan pengendalian diri. Jika kita dapat mengendalikan diri, dengan bijaksana mengeluarkan emosi-emosi yang kita rasakan, maka kita sudah berhasil menjadi pemimpin untuk diri sendiri.
Emosi pada dasarnya adalah sebuah dorongan untuk bertindak, yang mendorong seseorang untuk merespons atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Pengendalian emosi bukan berarti berhenti merasa atau pun tidak mengekspresikan diri Anda. Pengendalian emosi berarti kita bisa mengenali, memahami, dan mengendalikan emosi yang kita rasakan. Intinya adalah bagaimana kita mengatur emosi kita, bukan sebaliknya, kita yang dikuasai dan diatur oleh emosi tersebut. Dengan mengendalikan emosi, kita akan bisa mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Emosi yang berlebihan cenderung akan menguras energi kita sehingga kita merasa lebih cepat lelah, dan juga membuat kita sulit berpikir dengan baik.
4. Be (proud of) yourself.
Untuk dapat memimpin diri sendiri, hal penting lainnya adalah bagaimana kita mau menjadi diri sendiri, dan juga bangga terhadap diri kita. Setelah kita mengenal siapa diri kita, hal yang selanjutnya perlu dilakukan adalah bangga terhadap diri sendiri, sehingga kita tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain.
Langkah awal yang dapat dilakukan untuk menjadi diri sendiri adalah meyakini tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Yang dapat kita lakukan adalah selalu memberikan yang terbaik pada setiap kesempatan, bukan menjadi sosok yang sempurna. Jika itu telah kita lakukan, maka langkah selanjutnya adalah selalu bangga dengan apapun yang kita lakukan, apapun hasilnya. Sebab kita telah memberikan usaha yang terbaik dan maksimal di setiap hal yang kita kerjakan.
Selanjutnya, janganlah terlalu mengagung-agungkan orang lain, tapi banggalah dengan kelebihan dan potensi yang kita miliki. Percayalah bahwa masing-masing dari kita diciptakan dengan talenta yang berbeda-beda. Tugas kita adalah mengembangkan talenta tersebut, bukan hanya mengagumi talenta orang lain. Yang terakhir, hapuslah standar-standar ideal yang kita ciptakan dalam pikiran kita masing-masing. Standar ideal yang kita buat biasanya membuat kita merasa tidak puas akan diri sendiri, dan terus menerus mengejar ke-ideal-an tersebut. Jangan terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain yang kita anggap ideal. Sayangilah diri kita sendiri.
5. Berikan reward untuk diri sendiri.
Semua orang menyukai pujian, penghargaan, atau bahkan sebuah tepukan di pundaknya saat berhasil melakukan sesuatu. Seorang pemimpin yang baik seharusnya selalu memberikan penghargaan kepada anggota kelompok yang berhasil melakukan sesuatu, sama halnya jika kita memimpin diri sendiri.
Sebagai seorang pemimpin, kita biasanya lebih mudah memberikan penghargaan dan reward kepada orang lain daripada kepada diri kita sendiri. Kita cenderung bersikap lebih keras terhadap diri sendiri, kita cenderung terus ‘memaksa’ diri kita dengan melihat kekurangan yang kita miliki. Hal ini mungkin karena kita ingin tetap terus menjaga motivasi pribadi. Tetapi terkadang kita lupa bahwa sebuah penghargaan dan reward juga penting diberikan kepada diri kita.
Reward dapat memunculkan perasaan bahwa kita melakukan sesuatu yang kita inginkan, bukan hanya sekedar bagaimana kita memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu. Pemberian reward kepada diri sendiri cenderung lebih efektif untuk memperkuat munculnya perilaku yang kita inginkan, daripada ‘menghukum’ diri kita. Untuk menerapkan sistem reward pada diri kita, pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan tolak ukur atau target mengenai apa yang ingin kita lakukan, baru selanjutnya menentukan reward apa yang pantas untuk diri kita.
Reward untuk diri sendiri dapat diberikan dalam bentuk berlibur ke luar kota, menonton film di bioskop, pergi ke salon untuk spa, relaksasi dengan pijit di tempat kesehatan, membeli sesuatu yang berkaitan dengan hobby, dan lain-lain.
6. Maafkan dirimu.
Selain memberikan penghargaan atau reward kepada diri sendiri, hal lain yang perlu kita lakukan adalah memaafkan diri sendiri bila mengalami kegagalan. Berhentilah menyalahkan diri sendiri karena itu hanya akan membuat kita merasa putus asa dan stress. Berikanlah kesempatan kepada diri kita untuk berkembang, belajar dari kesalahan yang telah kita buat, dan menerima kegagalan sebagai proses belajar. Menyalahkan diri sendiri hanya akan membuat pikiran kita buntu, dan sulit untuk melihat sisi positif, apa yang telah kita pelajari dari sebuah kesalahan. Sebaliknya, ketika kita menerima sebuah kesalahan yang kita lakukan sebagai sebuah proses belajar, maka kita akan cenderung lebih mudah untuk melangkahkan kaki menghadapi hal lain yang ada di depan mata.
Apa saja yang harus dilakukan agar kita dapat memaafkan diri sendiri? Berikut beberapa diantaranya:
• Akui kesalahan yang telah kita buat dan relakan hal itu terjadi.
• Fokuslah pada kelebihan dan potensi yang kita miliki, jangan terfokus kepada kesalahan yang telah dilakukan saja.
• Carilah apa yang dapat kita pelajari dari kegagalan yang kita alami.
• Ceritakan apa yang kita alami dengan orang terdekat, dan dengarkanlah pandangan mereka mengenai kegagalan atau kesalahan tersebut.
• Berhentilah berkata “seandainya…”. Ingatlah bahwa sekeras apapun kita mencoba, apa yang telah terjadi tidak pernah dapat kita ubah. Satu-satunya yang dapat kita buat untuk menjadi lebih baik adalah masa kini dan masa depan. Jadi camkanlah pada diri sendiri, “saya akan membayar kesalahan / kegagalan ini di kesempatan berikutnya”.
• Beranilah untuk kembali melangkahkan kaki kembali. Kegagalan / kesalahan bukanlah akhir dari dunia. Masa kini dan masa depan selalu menanti di depan kita. Keraguan untuk kembali melangkah hanya akan menghambat kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi.

Selasa, 26 April 2011

TIPS MENGHILANGKAN RASA MALAS BELAJAR



Tugas sekolah/kuliah kalian masih numpuk? Mana besok ada ujian lagi terus ada pretest buat praktikum, mana hafalan slide sejibun. Baru slide pertama saja sudah bosan, mau membaca tapi mata mengantuk akhirnya nggak jadi deh, semuanya pada dicuekin. Kok jadi malas ya? Nah, yang menjadi pertanyaan bagaimana cara mengusir rasa malas dalam belajar? Di bawah ini ada beberapa tips yang insya Allah bisa membantu, semoga bermanfaat:
Pertama, berwudhulah, karena dengan berwudhu secara langsung kamu juga akan membasuh wajah dan menyegarkan kembali aura wajahmu yang tadinya ngantuk, kalau bisa mandi sekalian terus wudhu.
Kedua, menghirup udara pelan-pelan melalui hidung kemudian menghembuskannya lewat mulut dengan cara berdiri untuk menambah kesegaran dan ketenangan.
Ketiga, memulai dengan membaca Ta’awudz dan Basmallah, semoga pekerjaan kita baik membaca atau menyelesaikan tugas tidak diganggu oleh syeitan dan akan diberkahi oleh Allah. Hal ini supaya aktivitas bernilai ibadah.
Keempat, ada saatnya untuk mengubah posisi, misalkan posisi duduk ketika membaca. Ataupun bisa jadi dari posisi duduk berubah menjadi berdiri, namun jangan sampai dari duduk terus berbaring, kemungkinan besar bisa ketiduran.
Kelima, berpindah dari ruang satu ke ruang lainnya. Bisa saja disiasati seperti berpindah dari kamar ke beranda ruang tamu atau bahkan ke dapur dan ke luar rumah untuk sesekali memandang alam.
Keenam, membuat sesuatu yang menyegarkan, contohnya saja seperti membuat minuman teh, kopi atau jus bahkan kue-kue kecil untuk menghilangkan rasa bosan dan menjernihkan pikiran.
Ketujuh, ketika sudah selesai, ucapkanlah Hamdallah dan berdoa kepada Allah semoga apa yang baru saja dikerjakan tadi bermanfaat untuk hari esok dan hari yang akan datang.
Itu beberapa tips agar kita terjauh dari sifat malas. Oo iya, jangan lupa juga kita harus berdoa meminta kepada Allah agar senantiasa diberikan semangat dan keistiqomahan dalam beribadah. Aamiin.
Belajar yuuk!

Solusi Aman adalah dari Hardware

Solusi Aman adalah dari Hardware
Hardware adalah perangkat yang riil dalam komputer, terdiri dari pelbagai komponen elektronika yang terhubung dengan tembaga dalam papan tercetak (PCB). Dari sini bisa dilihat hardware merupakan komponen fisik yang paten, maksudnya tidak dapat diupdate kecuali dengan membeli yang baru. Hardware juga tidak dapat bekerja tanpa adanya perintah (command). Inilah fungsi software yaitu perangkat non-riil komputer, jadi software adalah program yang bertugas memerintahkan hardware. Seperti halnya Ruh yang ada dalam tubuh mahkluk hidup. Berarti komputer adalah System otak tiruan, berenergi listrik dengan basic elektronika.
Dalam perkembangan teknologi awalnya komputer tercipta dengan kemajuan elekronika untuk memenuhi kebutuhan manusia, dengan komputer dapat menciptakan produk-produk lain yang semakin rumit. Software mengikuti arus perkembangan dari hardware. Sekarang kebutuhan dan keinginan manusia semakin kompleks. Adanya hardware maka manusia menciptakan software yang sesuai. Namun sekarang harwardelah yang berusaha diciptakan untuk mengejar keinginan manusia akan kebutuhanya.
Banyaknya pengguna komputer yang sudah merasakan mudahnya dengan menggunakan teknologi baik dari orang2 yang mempunyai aturan maupun yang tidak. Hacker adalah hanya orang2 yang mengerti bahasa program karena bahasa program dibuat dengan logika dan matematika. program juga hanya berjalan dengan Operating Sistem. Jadi pembuat OS adalah hacker handal karena dia pencipta OSnya :-)
Teknologi Informasi sekarang merambah lebih dalam lagi dalam pelbagai sektor, didalam blog ini topik Manajemen teknologi informasi sudah hampir merambah pada teknik otomatisasi data penting dalam segala kegiatan. Namun ketakutan terhadap bahaya program masih menjadi nomor satu. Teknologi dan Budaya seperti sebilah mata pisau yang pemanfaatanya tergantung dari penggunanya.
Undang2 mungkin masih belum bisa mengatur ketertiban pengguna teknologi komputerisasi ini. Sementara ini security dalam basic networking masih menggunakan software, jadinya program dilawan program. Sesuai dengan judul saya diatas maka sebaik2nya security menggunakan basic hardwarenya. Seperti halnya penggunaan chip tersendiri untuk pengaksesan antar komputer. Pengandaian contoh layaknya handphone dengan SimCardnya, dimana nomor setiap client sudah patent dan tidak bisa disusupi oleh client lain kecuali dengan ijin yang punya. Hardware terbaru saat ini menggunakan bit untuk decoder atau endcoder password sandi kunci. jadi komputer support 256bit sulit (lama) ditembus yang 64bit. (www.jasakom.com, www.astalavista.com)
Nah rekan2 semua pengguna komputer jaringan untuk keperluan kegiatan SIM tinggal menunggu produk hardware yang bertugas untuk ini.. yang masih dipikirkan para ahli Elektronika :-) tapi itu bukan akhir masalah, ada tesis maka akan ada antitesis dan akan perbaruan tesis yang akan ada antitesis dst.

Senin, 25 April 2011

Internet, Fungsi dan Perannya

Internet, Fungsi dan Perannya
Definisi
Beribcara tentang internet, tentunya belum lengkap jika kita tidak mengetahui terlebih dahulu definisi dari internet tersebut. Menurut beberapa sumber yang ada, ada beberapa pengertian internet yang bisa dijadikan sebagai bahan referensi, misalnya :
  1. internet sebagai jaringan yang terhubung dalam internet protocol (IP) secara luas mencapai seluruh dunia.
  2. internet (inter-network) sebagai sejumlah jaringan fisik yang saling terhubung dengan protocol yang sama (apa saja) untuk membentuk jaringan logic, selanjutnya disebut sebagai inter-network.
  3. Internet sebagai komunitas jaringan komputer yang memberikan pelayanan http (world wide web). Dibedakan dengan intranet sebagai pelayanan http untuk kalangan terbatas. Pada mulanya pembatasan pada jaring fisik, yaitu LAN, kemudian berkembang termasuk pembatasan secara logis
(http://home.unpar.ac.id/~gatut/pelatihan/sysop-Juni-1999/sysop-11.html)
Sedangkan menurut kamus wikipedia.org, internet diartikan sebagai rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf ‘I’ besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet.
Beberapa pengertian dasar di atas, pada umumnya mengacu pada satu pengertian, yakni, bahwa internet merupakan sebuah rangkaian komputer yang saling terhubung antara yang satu dengan lainnya melalui koneksi jaringan tertentu sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran data dan informasi.
Sejarah lahirnya internet cukup panjang sehingga melahirkan internet yang berkembang saat ini.
  • Dimulai pada tahun 1964 dikeluarkan proposal RAND yang intinya membentuk jaringan yang sifatnya tidak terpusat pada satu tempat dan tetap berfungsi sekalipun dalam keadaan hancur.
  • Proposal ini diilhami oleh munculnya NET di awal tahun 1960-an. Pada tahun 1969 empat buah IMP (Interface Message Processor) dikirimkan ke empat perguruan tinggi yaitu, UCLA, SRI (Standart Research Institute), UCSB (University of California Santa Barbara) dan University of Utah. Jaringan ini kemudian disebut ARPANET yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal internet.
  • Pada tahun 1972, ARPANET didemonstrasikan di depan peserta the First International Conference on Computer Communication dengan menghubungkan 40 node.
  • Pada tahun 1979, tercatat sebagai tahun berdirinya USENET yang pada awalnya menghubungkan Universitas Duke dan UNC.
  • Pada tanggal 01 Januari 1983, ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya, dari NCP (Network Communication Protocol) ke TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol). Ini merupakan awal dari Internet yang kita kenal hari ini.
  • Pada tahun 1987, berdiri UUNET yang merupakan salah satu provider utama Internet, tercatat pada tahun tersebut jumlah host melewati angka 10.000.
  • Pada tahun 1989, perkembangan Internet menjadi meluas sampai menjangkau Australia dan Slandia Baru
  • Pada sekitar 1990-an, Internet telah berkembang dan menyambungkan kebanyakan pengguna jaringan-jaringan komputer yang ada di seluruh dunia.
Fungsi Internet
Kemajuan dibidang teknologi khususnya dunia internet memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi jarak jauh, mengirimkan paket data dalam waktu singkat dan cepat, tanpa harus mendatangi tempat yang dimaksudkan. Pencarian berita dan informasi menjadi salah satu fungsi penting yang utama dalam dunia internet. Betapa tidak, ribuan bahkan jutaan orang dengan sukarela mengupload data dan informasi setiap saat dari berbagai belahan dunia, sehingga bisa langsung dibaca dan dinikmati oleh seluruh umat manusia.
Dewasa ini kemajuan teknologi internet telah merambah ke segala bidang kehidupan, mulai dari bidang bisnis, hiburan, budaya dan bahkan pendidikan. Kita semakin dipermudah dengan adanya teknologi yang satu ini. Internet sejak perkembangan pertamanya telah merubah tatanan dan budaya hampir sebagian manusia diberbagai penjuru dunia. Meninggalkan segala pekerjaan yang bersifat manual dan mulai beralih kepada dunia digital (dalam hal ini internet).
Fungsi internet pun semakin mengalami perluasan dari yang hanya sebagai pengirim data dan informasi pada awalnya, menjadi semakin berkembang mengikuti bidangnya masing-masing. Itulah Internet, sebuah dunia yang sanggup mengubah dunia hanya dengan duduk dalam sebuah ruangan kecil. Sungguh ajaib.
Internet Untuk Pendidikan
Sebelum adanya internet, dunia pendidikan berkembang lambat dan hampir stagnan. Pertukaran informasi antara satu institusi pendidikan dengan yang lainnya membutuhkan waktu yang lama dan terkadang ketika informasi tersebut sampai, sudah kadaluarsa. Ditinjau dari fungsinya, internet bagi dunia pendidikan berperan sebagai :
  1. Akses ke sumber informasi. Perpustakaan konvensional yang merupakan satu-satunya sumber informasi dalam dunia pendidikan memang memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan terutama di sekolah dan tempat perkuliahan, akan tetapi, semua itu memerlukan biaya yang tidak sedikit, pembelian jurnal dan buku-buku baru serta artikel-artikel penunjang, menjadikan perpustakaan konvensional terkadang kesulitan untuk berkembang. Dengan masuknya dunia internet dalam dunia pendidikan, kesemua itu dengan mudah dapat teratasi dengan membuat sebuah perpustakaan digital. Akses ke sumber informasi menjadi tak terbatas dan biaya penyediaan jurnal serta buku-buku terbaru bisa sedikit dikurangi. Ruang yang dipakai tidak terlampau memakan tempat serta perawatan yang cukup mudah.
  2. Akses langsung ke pakar. Melalui koneksi internet, seorang siswa atau mahasiswa tidak mempunyai batasan untuk bisa berkomunikasi secara langsung dengan pakar tertentu tanpa harus menemuinya. Misal seorang mahasiswa di kalimantan, dapat berkomunikasi atau berkonsultasi secara langsung dengan pakar teknologi di jakarta tanpa harus mendatangi jakarta.
  3. Media Kerja sama. Kolaborasi dan hubungan kerjasama antara pihak-pihak pengelola institusi pendidikan terkait dapat terjalin dengan lebih mudah, murah, efisien dan cepat.

Referensi :
  1. Raharjo, Budi, 2001, Internet Untuk Pendidikan,PPAUI Mikroeletronika ITB
  2. http://stikom-pti2007-kelompok9.blogspot.com

ATM

ATM
I. Apakah ATM itu ? Karakteristik
ATM adalah sebuah pensaklar, connection-oriented lokal dan teknologi jaringan wilayah yang menyediakan sebuah komunikasi kecepatan tinggi untuk pengguna yang sebenarnya tak terbatas. ATM didefinisikan dengan sebuah standard antarmuka dari kumpulan switch yang ditetapkan oleh International and Telephone Consultive Committee (CCITT, sekarang disebut ITU).
Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan salah satu platform teknologi jaringan dan infrastruktur komunikasi yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan koneksi antara lain LAN (Local Area Network), WAN (Wide Area Network) dan MAN (Metropolitan Area Network). Teknologi ATM memungkinkan semua jenis data (suara, data dan video) bisa alirkan melalui satu jaringan telekomunikasi.
Standard ini (ATM) memberikan keuntungan:
• Antarmuka lebih dispesifikasikan daripada arsitektur internal atau seluk-beluk pelaksanaannya. Pendekatan ini mempertahankan kemampuan beroperasi antar peralatan vendor-vendor yang berlainan, memberikan fleksibelitas untuk mempertinggi waktu kerja produk.
• Standard yang sama dapat digunakan untuk LAN dan WAN, pelaksanaan dari ATM. ATM memberikan integrasi tanpa layer kecepatan tinggi dari LAN dan WAN.
• ATM mengijinkan pengelola jaringan untuk mendesain jaringan dengan efisiensi yang tinggi, fleksibel, kemampuan memetakan
Sedangkan karakteristik dari jaringan ini adalah :
• Paket ATM dan pengiriman informasi dalam 53 byte, format sel yang tertentu, tak tergantung dari kecepatan link (mata rantai hubungan) atau tipe media yang harus dilewati atau aplikasi yang dibawa.
• ATM dapat dioperasikan pada kecepatan yang berbeda (contoh, 155 Mbps atau 45 Mbps) dan dapat bekerja pada tipe media yang berbeda (seperti serat optik multimode, single-mode dan STP dan UTP kabel). Jadi antarmuka ini bisa digabungkan dengan antarmuka yang lain dalam satu jaringan.
Berdasarkan karakteristik diatas, berarti ATM cocok untuk lingkungan dengan wilayah yang besar (seperti interkoneksi perlengkapan dekstop, backbone untuk LAN kampus, dan WANs) dan dapat digunakan untuk membawa bermacam-macam aplikasi yang besar (seperti, suara, gambar, dan data). ATM memberikan solusi terbaik untuk jaringan yang membutuhkan kecepatan tinggi, latency yang rendah, pendukung aplikasi yang fleksibel.
Dari data – data tersebut ATM mempunyai kemampuan yang hebat, diantaranya :
1) Mendukung layanan untuk semua jenis aplikasi yang ada saat ini dan perkembangan apliksdi di masa datang
2) Memberikan utilisasi sangat tinggi terhadap sumberdaya jaringan
3) Mengurangi kompleksitas pada switching
4) Mengurangi waktu proses pada node perantara dan mendukung transmisi berkecepatan sangat tinggi.
5) Mengurangi besar buffer yang diperlukan pada node perantara untuk menghindari delay dan kompleksitas pengaturan buffer
6) Menjamin performansi yang dibutuhkan oleh aplikasi saat ini maupun pengembangannya di masa datang.
II. Arsitektur ATM
ATM memiliki protokol yang didasarkan pada standarisasi ISDN Ptotocol Reference Model (ISDN PRM) []. Model referensi protokol ATM ini terdiri dari tiga layer sebagai berikut:
• The physical layer (PHY) berfungsi mendifinisikan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan media dan transmisi bit.
• The ATM layer (ATM) berfungsi untuk mendefinisikan format sel dan bagaimana mentransmisikan sel-sel tersebut dari satu titik ke titik lainnya.

SMS GATEWAY SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MENGAKSES SISTEM INFORMASI AKADEMIK

SMS GATEWAY SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MENGAKSES SISTEM INFORMASI AKADEMIK
Penggunaan teknologi informasi yang menunjang kegiatan belajar mengajar saat ini telah menjadi suatu kebutuhan pada sebuah institusi pendidikan. Keberhasilan dalam pengelolaan institusi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan informasi yang tepat dan akurat dalam upaya memperolah peluang sekaligus menopang keunggulan kompetitifnya.
Salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan institusi pendidikan adalah proses administrasi akademik, karena pada prakteknya hampir melibatkan semua elemen institusi dan sejumlah besar berkas-berkas informasi. Sehingga apa yang selama ini dilakukan secara konvensional dan manual telah mulai terasa kelemahan dan kekurangannya. Oleh sebab itu penggunaan sistem informasi akademik yang terkomputerisasi dan terintegrasi telah menjadi satu solusi dalam proses administrasi.
Universitas-universitas dalam menghadapi kondisi persaingan global juga telah mulai menerapkan langkah-langkah strategis, terutama dalam hal penggunaan teknologi informasi untuk mendukung proses pendidikannya. Hal ini ditandai dengan telah terbangunnya jaringan intranet kampus dan sistem informasi akadamik (SIAKAD) yang mendukung proses belajar mengajar di lingkungan kampus.
SMS atau short Messaging Services merupakan salah satu media yang paling banyak digunakan sekarang ini dikarenakan murah dan prosesnya cepat, dan langsung kepada tujuan. Adapun jasa atau servis yang menggunakan SMS antara lain adalah perbankan, seperti SMS banking. Kita hanya tinggal mengirim SMS untuk mengetahui saldo tabungan. Contact Center, yang memanfaatkan SMS untuk meningkatkan servis level kepada pelanggannya. Pada industri, seperti pemanfaatan SMS pada aplikasi GPS, yang dapat memonitor posisi langsung ke handphone si pengguna. Di pabrik yang memanfaatkan SMS sebagai alerting program dari mesin pabrik bila sewaktu-waktu mengalami kerusakan. Pada industri IT, data center yang memanfaatkan SMS untuk mengawasi kinerja dari server. Serta masih banyak lagi jasa dan industri yang menggunakan media ini.
A. Rumusan Masalah
Bagaimana mengimplementasikan SMS Gateway dan mengintegrasikan dengan Sistem Informasi Akademik sehingga dapat menjadi alternatif bagi mahasiswa untuk mengakses informasi akademiknya.
B. Batasan Masalah
Dalam penulisannya, pembahasan skripsi dibatasi pada :
  • Aplikasi SM-SIAKAD dibuat dengan Visual Basic dan Oracle sebagai basis datanya,
  • Metode pengembangan yang digunakan adalah RUP (Rational Unified Process),
  • Aplikasi SM-SIAKAD dibuat dari requitement dasar dari Aplikasi Sistem Informasi Akademik (SIAKAD)
C. Tujuan
Membuat aplikasi SMS Gateway yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) .
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh adalah:
  1. Terciptanya aplikasi SMS Gateway yang terkoneksi dengan server database Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) .
  2. Dapat memberikan alternatif bagi mahasiswa dalam mengakses Sistem Informasi Akademik (SIAKAD).
  3. Melalui SM-SIAKAD mahasiswa dapat melakukan pengisisan KRS dan pengambilan Informasi akademik dengan mudah dan cepat.
E. Short Message Service (SMS)
Short Message Service (SMS) merupakan sebuah layanan yang banyak diaplikasikan pada system komunikasi tanpa kabel, memungkinkan dilakukannya pengiriman pesan dalam bentuk alphanumeric antara terminal pelanggan atau antara terminal pelanggan dengan sitem eksternal seperti email, paging, voice mail, dan lain-lain [Gunawan, 2003]. Isu SMS pertama kali muncul di belahan Benua Eropa pada sekitar tahun 1991 bersama sebuah teknologi komunikasi wireless yang saat ini cukup banyak penggunaannya, yaitu Global System for Mobile Communication (GSM).
1. Arsitektur dan Elemen Jaringan SMS
Layanan SMS dibangun dari berbagai entitas yang saling terkait dan mempunyai fungsi dan tugas masing-masing. Entitas dalam jaringan SMS ini disebut juga elemen jaringan SMS.
2. Komunikasi Antar Elemen Jaringan SMS
Elemen utama dalam jaringan SMS adalah SMSC, dimana di dalamnya terdapat berbagai proses pengolahan short message. Prinsip kerja sebuah SMSC adalah store and forward. Dengan prinsip ini, seluruh short message yang masuk akan langsung ditampung tanpa melihat status tujuan apakah ada atau tidak. Penyampaian ke tujuan akan dilakukan kemudian dengan terlebih dahulu mengidentifikasi tujuan dengan meng-query entitas-entitas yang terlibat.
3. Mengirim dan Menerima SMS
Ada dua mode untuk mengirim dan menerima SMS, Yaitu mode text dan mode PDU (protocol data Unit). Akan tetapi, sistem mode teks tidak didukung oleh semua operator GSM maupun terminal.
1). Text Mode
Mode ini adalah cara termudah untuk mengirim pesan. Pada mode teks pesan yang kita kirim tidak dilakukan konversi. Sesungguhnya, mode teks adalah hasil enkode yang direpresentasikan dalam format PDU. Kelemahannya, kita tidak dapat menyisipkan gambar dan nada dering kedalam pesan yang akan dikirim serta terbatasnya tipe encoding.
2). PDU (Protocol Data Unit) Mode
PDU Mode adalah format message dalam heksadesimal octet dengan panjang mencapai 160 (7 bit default alphabet). Kelebihan menggunakan mode PDU adalah kita dapat melakukan encoding sendiri yang tentunya harus pula didukung oleh hardware dan operator GSM.
F. SMS Gateway
SMS pada awalnya didesain untuk pertukaran message yang berukuran kecil, terutama digunakan untuk keperluan notifikasi dan paging baik numerik maupun alphanumerik. Akan tetapi, dengan perkembangan pesat SMS, kemudian bermunculan berbagai jenis aplikasi yang memanfaatkan fasilitas SMS. Sifat perangkat SMS yang Mobile dan dapat mengirimkan informasi dari mana saja selama masih dalam cakupan layanan operator, memunculkan aplikasi lapangan di mana informasi-informasi pendek dikirimkan kepada pusat pengolahan informasi.
G. Oracle
Perusahaan oracle didirikan pada tahun 1977 oleh tiga orang programmer, Bob Miner, Ed Oates, dan Larry Ellison yang menjabat sebagai CEO (chief Executive Officer) selama beberapa tahun sampai saat ini.
Perusahaan Oracle mengeluarkan empat family oracle database :
  1. Edisi Personal – terbatas untuk dipakai oleh satu pemakai dan satu komputer saja
  2. Edisi Standard – untuk database kecil/menengah dengan sejumlah pemakai bersama. Sering juga disebut edisi Work-group
  3. Edisi Enterprise – untuk dipakai pada jaringan berskala besar dengan jumlah pemakai yang sangat banyak mendukung fitur-fitur lanjutan seperti data warehousing dan lain-lain.
  4. Edisi Lite – untuk digunakan pada komputer laptop. Edisi ini berbeda dengan edisi lainnya dan didesain khusus untuk pemakaian memori dan harddisk berkapasitas kecil yang dimiliki oleh komputer laptop atau notebook.
Oracle menggunakan layanan Oracle Net untuk memungkinkan hubungan aplikasi client-server ke oracle database. Oracle Net mendukung hubungan jaringan dengan protocol TCP/IP. Layanan Oracle Net bekerja sebagai perantara untuk memungkinkan Oracle Client akses ke oracle database server.
Hubungan langsung antara client ke server ini disebut juga arsitektur “Two-Tier”. Oracle Net mempunyai tiga fungsi :
  • Connection Action (Aksi Koneksi)
  • Data Transmission (pengiriman Data)
  • Exception handling operation (Pengaturan perkecualian)
Connection Action (Aksi Koneksi) adalah tahap dimana hubungan antara client dan server akan dibina. Pada mulanya client akan mengajukan permohonan untuk mengadakan koneksi dengan Oracle database server. Aplikasi client harus menyediakan nama pemakai (user name), password, dan nama net service.
Oracle Net Listener atau secara singkat disebut listener adalah komponen Oracle Net yang berfungsi untuk mendengarkan permohonan client untuk mengadakan koneksi. Listener tersebut di konfigurasikan dengan alamat protokol. Jika client juga di konfigurasikan dengan alamat protokol yang sama, client tersebut dapat mengajukan permohonan untuk berhubungan ke listener tersebut. Setelah hubungan terbina, client dan oracle database server berkomunikasi secara langsung.
H. Pengembangan Software
1. Sebab Utama Masalah Pengembangan Software
Meskipun kegagalan pada tiap proyek berbeda-beda, akan tetapi pada umumnya disebabkan oleh kombinasi sebab utama sebagai berikut :
a. Tidak adanya manajemen requirement yang khusus
b. Komunikasi yang tidak tepat dan meragukan
c. Arsitektur yang rapuh
d. Kompleksitas masalah yang kian berat
e. Requirement, perancangan dan implementasi yang tidak terdeteksi ketidakkonsistenannya.
f. Testing yang kurang mencukupi
g. Kegagalan mengurangi resiko
h. Perubahan yang tidak terkontrol
i. Otomatisasi yang kurang
Jika sebab utama diatas bisa ditangani dengan baik, tidak hanya gejala saja yang bisa diatasi, akan tetapi juga bisa mengubah keadaan ke posisi yang lebih baik untuk mengembangkan dan memelihara software yang berkualitas yang bisa diprediksi dan bisa diulangi [Munawar, 2005].
2. Pengembangan Software dengan Rational Unified Process (RUP)
Pengembangan software secara klasik mengikuti siklus air terjun secara berulang-ulang sebagaimana diilustrasikan pada gambar 7, masalah mendasar pada pendekatan ini adalah adanya resiko terhadap waktu yang akan membutuhkan biaya tinggi untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada proses awal. Proses berurutan juga menjadi kendala yang lain, karena bila salah satu bagian telat maka akan berpengaruh terhadap keseluruhan proyek. Dampak lebih jauh jelas akan memperbesar biaya proyek.
Pendekatan lain yang popular untuk menguasai persoalan pada model air terjun diatas dikemukakan oleh Barry Boem pada tahun 1986 yang lebih dikenal dengan model Spiral. Model Spiral ini mendeskripsikan bagaimana sebuah produk berkembang kebentuk versi baru dan bagaimana sebuah versi dikembangkan secara incremental dari mulai prototipe ke produk jadi.
Perbaikan dari model spiral adalah dengan pendekatan Rational Unified Process (RUP) atau biasa disebut proses iterative dan incremental. Dengan model ini, identifikasi resiko pada proyek dipaksa untuk muncul pada fase-fase awal siklus, agar bisa dilakukan antisipasi secara tepat waktu dan efisien. Dengan pendekatan ini pengembang dipaksa untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang bisa diprediksikan serta bisa dilakukan pengulangan atas pekerjaan tersebut.
Metode Pengembangan RUP berorientasi pada fase, inkrementasi, dan proses iterasi. Adapun kelebihan RUP adalah adaptif terhadap derajat kompleksitas sistem yang sedang dikembangkan.
Pendekatan secara inkremental (incremental) dilakukan ditiap fase dengan tujuan meningkatkan kualitas produk, misal dengan adanya penambahan fitur dan fungsi pada suatu produk. Pada pendekatan ini, fungsi dasar aplikasi telah dipahami oleh user. Dimana aspek penting dari user requirements telah dirancang, sebagai awal dari pengembangan suatu aplikasi
Pendekatan secara iterasi di refleksikan ke RUP pada tiap-tiap fase, yang bertujuan melakukan proses perbaikan produk serta mengurangi resiko kesalahan. Dimana ke empat fase ini memiliki fokus pada proses pengembangan yang berbeda-beda. Masing-masing fase saling berhubungan satu sama lain.
Dari gambar diatas, Ada 5 aktivitas yang akan dijalani dalam pembuatan aplikasi berdasarkan metode RUP, yaitu:
  1. Requirements. Yaitu menentukan kebutuhan software.
  2. Analisys. Setelah kebutuhan ditentukan, hasilnya dianalisa untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang akan dibuat.
  3. Design. Setelah analisa kebutuhan selesai dilakukan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap design. Dimana pada tahap ini semua requirements dirancang desain software-nya.
  4. Implementation. Merupakan tahap implementasi dari desain yang telah dibuat. Pada tahap ini dilakukan penulisan kode sesuai dengan rancangan yang dibuat pada tahap design.
  5. Test. Pada tahap ini dilakukan testing dan debugging. Yaitu pengetesan dan penelusuran kesalahan dari software yang dibuat.
E. Aplikasi SM-SIAKAD
SM-SIAKAD adalah aplikasi SMS Gateway yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) . Aplikasi ini dapat melakukan pengiriman dan penerimaan SMS dari Personal Computer (PC) yang terkoneksi dengan GSM modem atau handphone. Pemilihan antara menggunakan GSM modem atau handphone dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dengan pertimbangan perbedaan harga dan kualitas sinyal. Kualitas sinyal yang dimiliki oleh GSM modem lebih baik dibandingkan handphone karena GSM modem dedesain khusus untuk mengirim dan menerima SMS. Namun dari sisi harga, penggunaan handphone dirasa lebih menarik. Beberapa GSM modem yang diproduksi oleh Siemens antara lain TC45, TC35, dan M20.
Secara garis besar, ada dua pekerjaan penting yang dilakukan pada server, yaitu :
  1. Memantau pesan yang datang ke terminal, memprosesnya (parsing) dan menuliskannya ke database,
  2. Memantau pesan yang akan di eksekusi sesuai dengan kode yang telah ditetapkan untuk kemudian di proses ke Database Server Siakad. Hasil proses dengan segera dikirimkan keterminal kembali.
Sumber : SMS GATEWAY SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MENGAKSES SISTEM INFORMASI AKADEMIK (SIAKAD) UNIVERSITAS LAMPUNG, Rudiansyah, S.T., Universitas Lampung, 2007.

MODEL INOVASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

MODEL INOVASI E-LEARNING
A.PENDAHULUAN
Seiring perkembangan teknologi internet, model e-learning mulai dikembangkan, sehingga kajian dan penelitian sangat diperlukan. Hakekat e-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional.
Oleh karena itu mengembangkan model ini tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang prinsip pembelajaran. Begitu pula desain pengembangan yang sederhana, personal, dan cepat, serta unsur hiburan akan menjadikan peserta didik betah belajar di depan internet seolah-seolah mereka belajar di dalam kelas. Ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi berkembang sangat pesat. Pesatnya perkembangan teknologi ini berdampak pada pelbagai perubahan sosial budaya. Misalnya e-commerce merupakan perubahan radikal dalam aspek ekonomi masyarakat modern saat ini. Di sektor pemerintahan ada e-government.
Demikian pula di sektor pendidikan sudah berkembang apa yang disebut e-learning.Pemanfaatan teknologi internet untuk pendidikan dipelopori oleh sekolah militer di Amerika Serikat (1983). Sejak itu tren teknologi internet untuk pendidikan berkembang pesat dan lebih dari 100 perguruan tinggi di Amerika Serikat telah memanfaatkannya. Begitu pula teknologi ini berkembang pesat di negara-negara lain. Hasil survai yang dilakukan James W. Michaels dan Dirk Smilie (dalam Andito M. Kodijat, 2002) saat ini provider di dunia ada sekitar 25% pendidikan tinggi yang menawarkan programnya melalui internet. Visi dari sekolah (universitas) ini adalah untuk mencapai dan memberikan layanan pada pasar tanpa dibatasi atau perlu memperluas fasilitas fisiknya.
Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun 1995 ketika IndoInternet membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun 1997-an mulai berkembang pesat. Namun harus diakui bahwa kini pemanfaatan teknologi ini masih didominasi oleh lembaga seperti perbankan, perdagangan, media massa, atau kalangan industri. Jika melihat potensinya, dalam waktu mendatang mungkin saja lembaga pendidikan akan mendominasinya.
Pemanfatan teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya telematika tahun 19961). Masih ditahun yang sama dibentuk Asian Internet Interconnections Initiatives (www.ai3.itb.ac.id/indonesia). Jaringan yang dikoordinir oleh ITB ini bertujuan untuk pengenalan dan pengembangan teknologi internet untuk pendidikan dan riset, pengembangan backbone internet pendidikan dan riset di kawasan Asia Pasific bersama-sama perguruan tinggi di kawasan ASEAN dan Jepang, serta pengembangan informasi internet yang meliputi aspek ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sosial, dan ekonomi. Hingga kini sudah ada 21 lembaga pendidikan tinggi (negeri dan swasta), lembaga riset nasional, serta intnasi terkait yang telah bergabung.
Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk pendidikan di Indonesia khususnya di perguruan tinggi terus berkembang. Misalnya tahun 2001 didirikan universitas maya Indonesia Bangkit University Teledukasi (IBUTeledukasi) bekerjasama dengan Universitas Tun Abdul Razak Malaysia, beberapa PT juga menawarkan program on-line course misalnya (www.petra.ac.id). Universitas Terbuka mengembangkan on-line tutorial (www.ut.ac.id/indonesia/tutorial.htm), Indonesia Digital Library Network mengembangkan perpustakaan elektronik (www.idln.itb.ac.id), dan lain-lain.
Pemanafaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra. Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan teknologi ini seperti;, memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia, memudahkan kerjasama, hiburan, berbelanja, dan kemudahan aktivitas lainnya. Sebaliknya yang kontra menunjukan sisi negatifnya, antara lain: biaya relatif besar dan mudahnya pengaruh budaya asing. Internet sebagai media baru ini juga belum begitu familier dengan masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu sangat perlu terus dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan pengembangan modelnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
B. INTERNET SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN
Internet sering disebut sebagai jaringan komputer. Padahal tidak semua jaringan komputer termasuk internet. Jaringan sekelompok komputer yang sifatnya terbatas disebut sebagai jaringan lokal (Local Area Network). “Internet merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh dunia (Kamarga, 2002)”. Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihak yang mengatur dan memilikinya.
Internet lahir pada masa perang dingin sekitar tahun 1969 dan digunakan pertama kali untuk keperluan militer (Ahmad Bustami, 1999). Pada tahun ini ARPA (Avanced Research Project Agency) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat membangun sistem jaringan komputer yang disebut Arpanet. Jaringan ini menghubungkan antar komputer di daerah-daerah vital dalam rangka mengatasi masalah jika terjadi serangan nuklir. Arpanet berkembang sangat pesat dan dipecah menjadi dua bagian Milnet dan Arpanet. Milnet digunakan khusus untuk keperluan militer, sedangkan Arpanet digunakan untuk keperluan non militer terutama perguruan tinggi. Gabungan kedua jaringan ini pada akhirnya dikenal dengan nama Darpa Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi internet.
Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang mengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global. Karena internet terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun melalui jaringan internet. Melalui internet faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah. Dunia seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi menjadi mudah. Dalam hal ini Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet juga telah mengubah metode komunikasi massa dan penyebaran data atau informasi secara fleksibel dan mengintegrasikan seluruh bentuk media massa konvensional seperti media cetak dan audio visual.
Internet memiliki banyak fasilitas yang telah digunakan dalam berbagai bidang, seperti militer, media massa, bisnis, dan juga untuk pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup, Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web (WWW). Di antara banyak fasilitas tersebut menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”.
Electronic mail (e-mail), mulai diperkenalkan tahun 1971 (http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini sering disebut sebagai surat elektronik, merupakan fasilitas yang paling sederhana dan mudah digunakan. Dalam survei yang dilakukan sebuah lembaga riset Amerika Serikat (Graphics, Visualization and Usability Center) diketahui bahwa 84% responden memilih e-mail sebagai aplikasi terpenting internet, lebih penting ketimbang web (http://www.gvu.gatech..edu/user_surveis/).
Mailing List mulai diperkenalkan setelah e-mail yaitu sejak tahun 1972 (http://www.livinginternet.com). Ini merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan untuk membuat kelompok diskusi atau penyebaran informasi. Cara kerja mailing list adalah pemilik email dapat bergabung dalam sebuah kelompok diskusi, atau bertukar informasi yang tidak dapat diintervensi oleh orang di luar kelompoknya. Komunikasi melalui fasilitas ini sama seperti e-mail bersifat tidak langsung (asynchronous).
News group adalah fasilitas internet yang dapat dilakukan untuk komunikasi antar dua orang atau lebih secara serentak (waktu bersamaan) atau bersifat langsung (synchronous). Bentuk pertemuan ini sering disebut sebagai konferensi, dengan fasilitas video conferencing, atau text saja, atau bisa audio dengan menggunakan fasilitas chat (IRC).
Melalui fasilitas File Transfer Protocol (FTC) ini orang dapat menstransfer data/file dari satu komputer ke internet (up-load) sehingga bisa diakses oleh pengguna internet di seluruh pelosok dunia. Di samping itu fasilitas ini dapat mengambil arsif/file dari situs internet ke dalam komputer pengguna (down-koad).
World Wide Web atau sering disebut Web mulai diperkenalkan tahun 1990-an (http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini merupakan kumpulan dokumentasi terbesar yang tersimpan dalam berbagai server yang terhubung menjadi suatu jaringan (internet). Dokumen ini dikembangkan dalam format hypertext 2). dengan menggunakan Hypertext Markup Language (HTML). Melalui format ini dimungkinkan terjadinya link dari satu dokumen ke dokumen/bagian lain. Selain itu fasilitas ini bersifat multimedia, yang terdiri dari kombinasi unsur teks, foto, grafika, audio, animasi, dan juga video.Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan gudangnya sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu: (a). Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara. (b). Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya. (c). Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu kini hadir perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo (2002). Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.
Penelitian di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif (Pavlik, 19963)). Studi lainya dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan positif terhadap hasil belajar peserta didik4)”.
Internet sebagai media pendidikan memiliki banyak keunggulan,. Namun tentu saja memiliki kelemahan; seperti yang disampaikan oleh Budi Rahardjo (2002) adalah infrastruktur internet masih terbatas dan mahal, keterbatasan dana, dan budaya baca kita masih lemah. Di sinilah tantangan bagaimana mengembangkan model pembelajaran melalui internet.

C. E- LEARNINING

Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet, dll). Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning, yaitu:
(a). e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
(b). e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa dikolongkan sebagai e-learning.
(c). e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan. Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional.
Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut:
(a). e-learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihansecaraon-line.
(b). e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
(c). e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
(d). Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik

D.PERTIMBANGANE-LEARNING
Pertimbangan memutuskan sistem pendidikan konvensional menjadi sistem e-learning tentu saja bukan didasarkan pada trend, ikut-ikutan teknologi internet, tetapi perlu ikaji secara matang. Oleh karena itu para penyusun dan pengambil kebijakan perlu melakukan observasi dan studi kelayakan. Beberapa pertanyaan yang bisa dijadikan bahan pertimbangan antara lain:
(1). Anggaran biaya Yang diperlukan. Bandingkan biaya untuk pendidikan konvensional dengan e-learning. Melalui e-learning, biaya mendirikan bangunan sekolah, buku - buku, tenaga pengajar, dan biaya operasional peserta didik dapat ditekan. Oleh karena itu pendidikan jarak jauh atau sistem konvensional yang massal akan lebih efisien dengan e-learning.
(2). Materi apa saja yang menjadi prioritas dimasukan pada model e-learning sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan, atau semua materi pelajaran perlu dimasukan.
(3). Pengalihan dari konvensinal ke e-learning apakah bisa dilakukan sendiri atau perlu kerjasama dengan instansi lain. Instansi seperti perguruan tinggi (yang memiliki SDM relevan) dan kalangan industri (terutama industri perangkat lunak) sangat potensial dijadikan mitra kerjasama.
(4). Apakah perubahan ini bisa diterima (diadopsi) dengan baik oleh sasaran. Sebagai hasil inovasi, proses difusi sangat diperlukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oos M. Anwas (2003) menunjukan bahwa adopsi inovasi e-learning dalam tahapan pembentukan sikap di kalangan akademisi masih bervariasi. Banyak faktor yang menentukan, diantaranya exposure informasi internet, kedekatan dengan teknologi komunikasi dan informasi, dan derajat kebutuhan terhadap internet. Namun yang menarik dari penelitian ini adalah faktor kondusivitas organisasi dapat mempengaruhinya. Dalam organisasi yang kondusif, akademisi cenderung lebih baik dalam mengadopsi e-learning dibandingkan dengan organisasi yang kurang kondusif. Faktor organisasi yang relatif homogen seperti perguruan tinggi ini lebih penting dibandingkan dengan mempermasalahkan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, klas ekonomi, dan faktor personality (type kepribadian). Padahal dalam penelitian adopsi inovasi sebelumnya, faktor demografi dan personality tersebut sering dijadikan penjelas dan mempengaruhi individu dalam mengadopsi suatu inovasi.
(5). Bagaimana menerapkan perubahan tersebut sehingga bisa tercapai secara efektif dan efisien, serta bagaimana kelanjutan operasional termasuk evaluasi dan tindaklanjutnya.
E.PENGEMBANGAN MODEL
Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course”.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan meteri pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini dikemukakan setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer sangatlah mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya lewat komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjam-jam dan memainkan permainan tersebut dengan senang hati.
Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning. Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk mengikuti setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah games. Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-laarning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman,dll.
F.KESIMPULAN
Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet menuju e-learning perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan semua pembelajaran pada internet. Hakekat e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Disamping itu prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan. Untuk menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games. Oleh karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai kebutuhan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan sentuhan kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan perancang e-learning. Oleh karena itu saya sependapat bahwa dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi e-learning adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan untuk melek sumber belajar khususnya teknologi internet.
DAFTAR PUSTAKA
Anwas, Oos M. (2000), Internet: Peluang dan Tantangan Pendidikan Nasional. Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas.
________, (2003), Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Internet; Studi Survei Kesiapan Dosen dalam Mengadopsi Inovasi e-learning, Jakarta: Program Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia.
Awang, Hizamnuddin. (2000) Teknografi Pengguna Internet. http://www.magazin.jaringan.my/2000/november
http://www.ascusc.org/jemc/vol16/issue1/abersole.html,
Kamarga, Hanny. (2002). Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.
Kodijat, Ardito M.. (2001). On-line Services pada Industri Pendidikan. http://www.ristek.go.id/berita/ardito.htm.
Koran, Jaya Kumar C. (2002), Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan pembelajaran di Sekolah Malasyia. (8 November 2002).
www.moe.edu.my/smartshool/neweb/Seminar/kkerja8.htm.
Lawanto, Oemardi. (2000). Pembelajaran Berbasis Web sebagai Metoda
http://renggani.blogspot.com/2007/07/makalah-model-inovasi-e-learning.html

E-Education

Ayo, Bahu Membahu Terapkan E-Education di Indoensia
Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi di bidang pendidikan (e-education) saat ini menjadi kebutuhan yang tak bisa dielakkan. Penerapan e-education merupakan terobosan besar di dunia pendidikan yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak kontribusi positif bagi aktifitas dan proses pendidikan.salah satu implikasi dalam impelemnatasi e-education adalah fasilitas jaringan international network (internet). Keberadaan internet sendiri mampu menembus keterbatasan yang selama ini terjadi dalam penggunaan konsep manual. Melalui internet memungkinkan seseorang dapat mengakses berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia.
Dalam dunia pendidikan, melalui fasilitas internet memungkinkan seluruh perangkat pendidikan untuk saling berinteraksi. Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang sedemikian besar bagi proses pendidikan.
I. Latar Belakang
Peranan e-education yang begitu banyak memberi kontribusi positif idealnya harus diterapkan di semua lini pendidikan di Indonesia. Dari pendidikan dasar, menengah hingga ke pendidikan tinggi. Dari perdesan hingga perkotaan. Namun pada kenyataannya penerapan pendidikan berbasis elektronik secara merata di tanah air bukan tanpa kendala alias tidak semudah membalikkan telapan tangan. Banyak sekali kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin pada institusi pendidikan.
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) atau brainware, serta sejumlah kendala krusial lainnya, seperti proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. Soalnya, infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia belum cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini. Apalagi, seperti diketahui bahwa Cyber Law (undang-undang tentang dunia maya (internet-red)) belum diterapkan pada dunia Hukum di Indonesia.
Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia. dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan. Hal itu didukung oleh penetrasi komputer (PC) di Indonesia yang masih rendah.
Dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) Pendidikan Nasional 2005-2009 yang tertuang dalam Kepmen Mendiknas No. 32 Tahun 2005, permasalahan pendidikan di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga masalah besar, yaitu masalah yang berkaitan dengan: (a) Pemerataan dan perluasan akses pendidikan, (b) Mutu, Relevansi dan daya saing keluaran (output) pendidikan, dan (c) Tata kelola, akuntabilitas dan citra publik tentang pengelolaan pendidikan.
Sebagai negara besar yang terdiri dari 17 ribu pulau dengan luas 5.193 ribu km persegi, jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa dengan penyebaran yang tidak merata, dan perkembangan fasilitas pendidikan yang kurang memadai, menyebabkan permintaan terhadap pendidikan tidak terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas. Lembaga pendidikan masih belum cukup jumlahnya dan lebih banyak terdapat di kota-kota besar, sedangkan sebagian besar penduduk berada di daerah pedesaan. Juga perkembangan penduduk yang cepat yaitu 2,27 % per tahun tidak seimbang dengan peningkatan daya tampung SMA dan Perguruan Tinggi yang rendah. Di samping itu, masih belum meratanya pembangunan ke daerah-daerah mengakibatkan juga kesenjangan kualitas pendidikan di Jawa dengan luar Jawa.
Keterbatasan anggaran tak bisa dipungkiri menyebabkan keterbatasan pengembangan pendidikan di tanah air. Namun demikian, kontribusi positif yang besar bagi perkembangan pendidikan, e-education menjadi salah satu solusi menerobos keterbatasan pendidikan konvensional yang berlaku saat ini. Untuk itu bagaimanakah seharusnya agar penerapan e-education dapat merata di tanah air.
II. Pembahasan
2.1. Konsep, Ruang Lingkup dan Komunitas E-Education
Konsep pendidikan dengan menggunakan inetrnet sebagai media disebur e-education dari kata e yaitu electronic dan education (pendidikan). E-education sendiri mempunyai pengertian:
* Pada prinsipnya bukan hanya membangun halaman Web
* Tidak hanya berkaitan dengan soal teknis mendigitalkan informasi sekolah melalui internet
* Mampu mengahdirkan suasana ilmiah di dubia cyber
Melalui konsep e-education yang menitikberatkan pembelajaran melalui media komputer dan internet diharapkan para pelajar dan mahasiswa dapat lebih memperluas ruang geraknya dalam memperoleh pendidikan sehingga tidak terpaku pada keterbatasan kapasitas institusi dan sarana prasarana lainnya.
Pengertian dari konsep e-deucation adalah :
* Sebuah sistem virtual, pararel dengan sistem nyata/fisis
* Bukan sekedar network, internet dan aplikasi berbasis Web
* Komponen-komponen non fisis, materi kuliah, tugas, diskusi, ujian dan sebagainya disajikan dalam format virtual
Ruang lingkup e-education adalah:
* -System informasi e-education
* Chatting
* News group
* Web page
* Rencana belajar
* Konsultasi elektronik
* E-laboratory
* E-books
* E-news
* Vidio conference
Komunitas E-Education adalah :
* Internal
* Penyelenggara institusi pendidikan
* Guru
* Siswa
* Eksternal
* LSM yang konsern terhadap pendidikan
* Pemerintah
* Pengguna lulusan
* Agen pendidikan
* Orang tuan siswa
* Penerbit e-book, e-media
* Penyedia infrastruktur e-education
* Forum lembaga pendidikan
2.2. Manfaat
Melihat peluang dan kekuatan yang ada dalam e-education, menjadi salah satu alternatif pilihan yang perlu untuk diterapkan dalam rangka memeratakan pendidikan di Indonesia. Karakteristik model ini sendiri mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauh, sehingga tidak terpisah oleh jarak, ruang, dan waktu. Dengan demikian, daerah-daerah yang awalnya sulit disentuh dengan model pendidikan konvensional, tentunya akan teratasi dengan penerapan IT dalam bidang pendidikan ini. Hal ini tentunya juga menjadi penghematan tersendiri dari sisi anggaran. Bukankah semakin jauh jarak yang ditempuh untuk mendapatkan informasi dengan cara konvensional memperbesar biaya, belum lagi risiko dan hambatan lain dalam perjalanan.
Manfaat lain dari implikasi IT dalam dunia pendidikan adalah memungkinkan kerjasama antara pendidik yang yang dididik untuk berinteraksi kendati letaknya berjauhan secara fisik. Dahulu, seorang murid harus berjalan jauh terlebih dahulu untuk menemui gurunya guna mendiskusikan suatu masalah. Namun, kini, hal tersebut dapat dilakukan di rumah dengan mengunakan fasilitas jaringan internet (mailing, chating). Tugas sekolah, makalah dan bahan untuk penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring dan mailing list. Dengan demkian batasan jarak bukan menjadi masalah lagi.
Pesatnya perkembangan IT, khususnya internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Di lingkungan perguruan tinggi misalnya, pemanfaatan IT bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu pengadaan materi kuliah secara online sehingga materi kuliah tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
Lingkungan akademis pendidikan di Indonesia yang mengenal alias sudah akrab dengan implikasi IT di bidang Pendidikan di antaranya UI dan ITB. UI misalnya, hampir di setiap fakultas yang terdapat di UI memiliki jaringan yang dapat di akses oleh masyarakat luas. Memberikan informasi bahkan bagi yang sulit mendapatkannya karena problema ruang dan waktu. Hal ini tentunya sangat membantu bagi calon mahasiswa maupun mahasiswa atau bahkan alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, atau banyak yang lainnya.
Pada tingkat pendidikan SMU, implikasi IT juga sudah mulai dilakukan kendati masih bersifat ”ekstrakurikuler” dan belum menjadi kurikulum utama yang diajarkan untuk siswa. IT belum menjadi media database utama bagi nilai-nilai, kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya. Namun, kendati begitu, prospek untuk masa depan penggunaan IT di SMU cukup terbuka.
Diisamping lingkungan pendidikan, implikasi IT pada kegiatan penelitian sangat urgen keberadaannya. Keberadaan internet dapat dimanfaatkan guna mencari bahan atau pun data yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut melalui mesin pencari pada internet. Situs tersebut sangat berguna pada saat membutuhkan artikel, jurnal ataupun referensi yang dibutuhkan.
Selain itu, sharing information dapat dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
2.3. Peran Pemerintah
Melihat hambatan dan keterbatasan yang ada, penerapan e-education di Indonesia bukan hal mudah untuk diterapkan secara merata dalam waktu dekat ini. Namun, hal itu bukanlah angan kosong yang tak mungkin terealisasi. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah menjadi salah satu support yang harus ada. Lantas sejauhmana penerapan teknologi informasi pada dunia pendidikan di Indonesia sendiri?
Penggunaan e-education meski sudah dikenal namun masih belum familiar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pasalnya, pemanfaatan IT ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapannya untuk bidang pendidikan.
Kendati upaya-upaya peningkatan kualitas mutu serta kuantitas yang membawa nama pendidikan telah dilakukan oleh pihak pemerintah. Namun, usaha yang dilakukan pemerintah biasanya hanya bersifat konstitusional demi mendapatkan lulusan dari sekolah yang kompetitif dan siap bersaing secara global. Misalnya, dengan menetapkan angka batas minimal kelulusan Ujian Negara (UN) dengan nilai sebesar 4,00 dengan tidak digabung dengan poin pada ujian praktek ditambah lagi tanpa ujian praktek.
Akibatnya, alih-alih berusaha untuk memperbaiki mutu pendidikan, kebijakan tersebut justru membuat semua pihak yang terlibat di dunia pendidikan, terutama guru dan murid menjadi seperti ”dikejar target”. Karenanya, berbagai cara pun ditempuh guna mencapai nilai tersebut. Namun sayangnya, sejumlah upaya yang ditempuh sebagian sangat jauh dari nilai-nilai peningkatan mutu itu sendiri.
Malahan dari suara-suara kontra UN, kebijakan tersebut bisa dibilang ”membunuh” potensi sejumlah siswa yang memiliki bakat dan keterampilan pada bidang yang tidak di UN-kan. Sehingga ia akan menjadi rendah diri karena tidak lulus UN, padahal ia memiliki keahlian pada bidang lain, seperti sastra atau IT misalnya.
Dengan demikian, sudah saatnya pemerintah termasuk para pelaku pedidikan memutar otak guna mencari formula yang tepat guna mengatrol mutu kualitas pendidik di Indonesia ini. Jika tidak, maka bangsa ini akan semakin tertinggal dari bangsa lain dari segala bidang kehidupan.
Selain itu, setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan penerapan teknologi informasi pada sektor pendidikan menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik yang dapat mencetak out put yang hi-tech dan berkualitas.
2.4. Peran Pihak Swasta
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di tanah air, munculnya pendidikan yang dikelola pihak swasta menjadi alternatif pilihan baru. Terlebih lagi, jika kualitas pendidikan yang ditawarkan mempunyai nilai lebih dari pendidikan secara formal yang dikelola pemerintah. Tak heran, jika saat ini terutama di kota-kota besar, sekolah berlabel, sekolah international, sekolah global dan lain-lainnya mendapat tempat di masyarakat. Meskipun untuk itu, mereka harus rela mengeluarkan cost yang relatif lebih besar.
Untuk sekolah-sekolah berlabel seperti itu, penerapan e-education tampaknya lebih terkondisikan untuk diterapkan secara optimal, sepanjang kebijakan dan kemauan pihak sekolah mengarah pada hal tersebut.
Karenanya, kemauan kuat masyarakat untuk memperoleh pendidikan berkualitas tentunya menjadi peluang tersendiri bagi pihak swasta untuk menjadikan e-education sebagai lahan investasi sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan ditanah air. Namun demikian, ketertarikan pihak swasta untuk berinvestasi di dunia pendidikan tek lepas dari peran pemerintah melalui kebijakan yang berpihak kepada para investor.
Sehingga apakah kecanggihan IT dapat diterapkan secara merata di Indonesia, tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta; toh pada akhirnya semuanya terpulang kembali kepada pihak pemerintah. Sebab, pemerintah-lah yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan.
2.5. Tahapan Penerapan e-education
2.5.1. Tahapan Teknis
* Penyediaan dan memanfaatkan secara optimal perangkat komputet dalam laboratorium sekolah
* Membangun jaringan lokal dalam laboratorium tersebut
* Menghadirklan dan mengoptimalkan lingkungan internet di sekolah melalui pembangunan koneksi internet
* Membentuk dan mempersiapkan tim kerja yang tangguh untuk membangun dan memelihar we sekolah
* Mendigitalisasi materi pendidikan termasuk menciptkan sofware simulasi praktikum agar dapat diakses melalui internet
2.5.2. Tahapan Administrasi
* Persiapan perangkat peraturan dan perudang-undangan hingga juknis di lapangan
* Sosialisasi peraturan dan perundang-undangan tersebut ke seluruh lapisan masyarakat khususnya pengelola pendidikan
* Membangun sistem informasi e-education yang berfungsi untuk mencatat dan pembayaran biaya pendidikan
2.6. Metodologi
Rancangan sistem yang akan dibuat untuk mengolah data mengenai barbagai hal menjadi suatu interface yang terstruktur dan sistematis yang berfungsi untuk para pengguna dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan secara efektif dan efisien dimana menu aplikasi ini terdiri dari dua bagian, diantaranya:
eXpert
Pengguna dapat memilih suatu kategori tertentu, content kategori terpilih akan ditampilkan dalam aplikasi e-education dan informasi yang disediakan. Adapun informasi yang ditampilkan dalam aplikasi eXpert adalah berupa:. Pengguna juga dapat menggunakan form pencarian untuk mencari informasi yang dibutuhkan, sepertihalnya mata perkuliahan, dan sebagainya hanya dengan memasukkan kata kunci.
Builder
Bagian Builder hanya dapat diakses oleh administrator. Administrator mengelolah informasi yang akan diinformasikan pada bagian eXpert. Para administrator dapat membuat kategori dan menambahkan content berupa mata pelajaran/informasi yang dibutuhkan berupa: gambar, materi pembelajaran, rekaman materi pembelajaran, rubik/diskusi, dan dialog.. Administrator juga memiliki wewenang untuk menghapus data dan informasi yang sudah tidak dipergunakan lagi.
Diagram konteks (context diagram) adalah suatu gambaran keseluruhan dari proses suatu sistem yang telah dirancang secara garis besar. Berikut adalah gambar diagram konteks dari sistem pemanfaatan e-education sebagai sarana pembelajaran khususnya dalam bidang komputer
III. Simpulan
Penerapan E-Education dalam dunia pendidikan merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan dan kualitas pendidikan di tanah air. Untuk itu, perlu kemauan kuat untuk menerapkannya. Karena itu seluruh pihak yang terkait harus bahu membahu untuk mewujudkannya.:
Referensi :
1. Lukito Edi Nugroho, e-Education Model Pendidikan Masa Depan Indonesia
2. http://syopian.net/blogg?p=761
3. http://adrianto.ruangkopi.com/makalah/list_abstrak_6.php?recordID=116
4. Ifan Kurniawan, Iwan Puranto,Pemanfaatan E-Education Untuk Meningkatan Kualitas pembelajaran, http://journal.vii.ac.id/indexphp/Snati/article/viewfile/956/966
5. http://Iwancorse.blogspot.com/2009/05/pemanfaatan-e-ducation-untuk.html